Cerita ini hanya fiktif belaka, moga mendapat pelajaran darinya, terutama supaya kita membaca dan menghafal al Qur’an serta menghadiri majelis-majelis ilmu.
Bayangkan pada suatu masa banyak yang tidak menyentuh al Qur’an dan masjid tidak ramai lagi dihadiri. Setelahnya terjadilah peperangan hebat dan kaum muslimin mengalami kekalahan. Lalu masjid-masjid dan maktab-maktab menjadi incaran dan disegel, lalu dengan beberapa saat setelahnya di hancurkanlah pusat-pusat umat islam itu rata dengan tanah. Kemudian mushaf-mushaf Al Qur’an dikoyak-koyak di injak-injak dan di bakar dan pustaka-pustaka kejayaan umat islam tak luput dimusnahkan.
Setelah segala sumber ilmiah lenyap, kaum muslimin lalu ditangkap. Mereka disiksa dan di cuci otaknya supaya tidak ingat lagi dengan agamanya dan apa-apa yang mereka hafal dari Qur’an. Setelah mereka lupa, mereka pun dimurtadkan lalu dijadikan budak.
Para Ulama dan para Hafidz Qur’an yang lari menyelamatkan diri pun dikejar sampai ke seluruh pelosok bumi. Setelah tertangkap mereka pun di aniaya dan dibunuh seketika. Tiada satupun cendikiawan umat muslim yang lolos dari pemusnahan besar-besaran ini.
Moga mereka yang berperang di jalan Allah mendapatkan syurga dan kemuliaan diatasnya.
Hanya segelintir orang yang selamat ditempat persembunyian yang tidak diketahui oleh musuh. Walau begitu sang musuh tidak tertarik untuk menangkap mereka. Karena merekalah kaum muslimin yang tidak paham dengan agamanya, apalagi menghafal Qur’an. Mereka sama sekali dianggap bukan ancaman.
Mereka inilah yang dulu berdalih dengan seribu alasan supaya tidak dikekang dan disusahkan dengan praktek-praktek agama. Mereka jahil terhadap tuntunan agama. Mereka lalai atas peringatan Allah. Dengan mata hati yang tertutup sejak lama, mereka dulu dengan congkaknya merasa dirinya juga sebenarnya berada di jalan kebenaran. Mereka mengira Allah akan memaklumi segala tindakan mereka itu karena mereka mengira Allah megasihi mereka. Padahal yang mereka lakukan sebenarnya adalah pengingkaran dan pengkhianatan terhadap Allah. Akankah Allah mengampuni mereka atas balasan kasihNya dari mereka berupa itu?
Lalu apa yang mereka bisa perbuat tanpa Al Qur’an ? Tiada lagi Al Qur’an yang bisa dibaca. Tiada lagi guru yang akan mengajarkan. Tiada lagi yang mengontrol hati mereka. Mereka hanya seperti binatang yang mengandalkan hawa nafsunya. Walaupun mereka punya kemampuan otak yang cerdik, namun hati mereka terkunci.
Karena keadaan akhlaq dan aqidah mereka yang rendah ini dan berada dalam kondisi yang payah, merekapun dengan kecerdikannya saling membunuh hanya demi makanan dan harta supaya dapat bertahan hidup. Dan beberapa dari meraka dengan kecerdikannya menyerah kepada musuh dan mau dimurtadkan supaya mereka selamat. Mereka pun tega mengkhianati yang lain dengan kecerdikannya memberitahukan posisi persembunyian yang lain kepada musuh supaya mereka bisa dipercaya dan diberi imbalan oleh musuh.
Apakah mereka merasa aman dalam keselamatan ? Sama sekali tidak !
Siapakah kan menolong mereka, jika saat itu langit pecah tiba-tiba, pada saat mereka belum juga sempat tersadar untuk menyesal dan bertaubat ?
Akankah mereka merasa aman dalam keselamatan ?
No comments:
Post a Comment