Wednesday, May 31, 2006

Menangis


Wajar adanya jika menangis
Tanda diri tak punya daya
Sadar adanya Yang Maha Daya
Ego pun luluh ditelan kelemahan

Menangislah menangis
Menangislah dengan menyerah
Bukan menangisi karena tak rela
Menangislah karena kesabaran

Sekali lagilah menangis
Tapi pantang jadi pencengeng
Bukan pula lalu menjadi rapuh dan rentan
Menangis harusnya membuatmu makin kuat

Menangis...
Bukan berarti berdiam diri hingga tenggelam
Menangislah lalu beranjak dan bergerak cepat
Kebajikan apa yang akan kau sampaikan sekarang

Menangislah... terutama di malam hari yang dicintai...

(Untuk Indonesia Menangis)

Monday, May 22, 2006

[Inspirasi]: Mesin Wudhu Otomatis Buatan Pengusaha Australia Siap Dipasarkan

(Sumber: Eramuslim)

Terima Kasih Pak Gomez atas inspirasinya untuk saya sebagai seorang arsitek. Langkah anda mendahului impian saya. Moga anda diberikan hidayahNya.

*****

Anthony Gomez, Kepala dan Direktur AACE Worlwide Pty. Ltd., sebuah perusahaan Australia, berhasil menemukan dan mendesain mesin wudhu otomatis yang dioperasikan dengan sinar infra merah. Kelebihan mesin Auto Wudu Washer (AWW) yang dilengkapi dengan alat pengering ini adalah efisiensi air dan waktu.

Mesin wudhu otomatis ini nampaknya bakal laku keras, karena menurut Gomez, perusahaannya sudah menerima pesanan 600 mesin wudhu otomatis ini dari berbagai negara Muslim.

"Kami sedang dalam proses membuat kesepakatan untuk mendistribusikan mesin ini ke Arab Saudi, Kuwait, Oman dan Bahrain," kata Gomez. Ia mengatakan, belum tahu akan dihargai berapa mesin temuannya itu, namun ia meyakinkan bahwa harganya akan 'terjangkau.'

"Mesin ini bukan hanya untuk orang kaya tapi untuk semua orang, kita berusaha agar sedapat mungkin harganya terjangkau," tambah Gomez, asal Malaysia yang kini sudah menjadi warga negara Australia.

Mesin ini dibuat khusus dengan unit-unit untuk berwudhu misalnya bagian telinga, mulut, muka, tangan sampai siku, kaki sampai mata kaki, yang semuanya dibuat dalam satu unit sistem. Menurut Gomez, yang perusahaannya bergerak di bidang pembuatan komponen pesawat terbang, mesin wudhu ini seluruhnya menggunakan sistem komputerisasi.

"Anda tidak perlu menyentuh keran apapun, mesin ini dioperasikan oleh sensor infra merah berdasarkan tekonologi Australia, " jelas Gomez.

Ia mengungkapkan, pada tahap selanjutnya perusahaannya akan memproduksi mesin wudhu otomatis yang bentuknya mirip sebuah kulkas ukuran besar. Saat ini, pembuatan unit-unit mesinnya masih berbasis di Malaysia.

Gomez mengatakan, ia mendapatkan ide pertama untuk membuat mesin wudhu ini ketika ia sedang dalam perjalanan dari Taba, Mesir ke Aqaba, Yordania dengan menggunakan ferry.

"Semuanya berawal ketika tim kami dikontrak untuk membuat pintu kokpit oleh sebuah perusahaan penerbangan Mesir di Taba," kisahnya.

Setelah kontrak itu selesai, Gomez memutuskan untuk berkunjung ke Aqaba. Tapi saat itu ia ketinggalan ferry yang cepat dan terpaksa naik ferry yang lambat, yang sedang mengangkut para jamaah yang akan pergi umarh ke Makkah.

"Toiletnya sangat kotor dan ramai. Banyak para jamaah yang berwudhu dengan menggunakan wastafel dan berdiri di atas lantai yang kotor, yang sama sekali tidak higienis," sambung Gomez.

"Meski saya bukan Muslim, saya sedih melihat mereka karena keyakinan di setiap agama harus menyembah dan mengabdi pada satu tuhan," kata Gomez lagi.

Setelah kembali ke Australia, Gomez bertekad untuk memproduksi mesin wudhu yang canggih dengan menggunakan teknologi tinggi agar bisa juga menghemat waktu dan air.

"Makkah dan Madinah seringkali ramai pengunjung, bayangkan jika hampir dua juta orang berwudhu dan ini sangat sulit. Di sistim kami, hanya butuh tiga menit untuk berwudhu dengan layak," ujarnya.

Wudhu dan Aspek Spiritual

Gomez mengaku sudah berkonsultasi dengan Dewan Islam di Australia sebelum ia mengerjakan penemuan barunya itu. Menurutnya, Dewan Islam Australia sudah mengeluarkan fatwa yang membolehkan mesin wudhu itu.

Mengomentari mesin wudhu otomatis temuan Gomez, ulama Mesir Syeikh 'Abdul-Khaliq Hasan Ash-Sharif mengatakan, dia tidak melihat hal yang salah dalam penggunaan mesin wudhu itu sepanjang pilar-pilar dasar yang disyaratkan untuk berwudhu diperhatikan dengan benar.

"Ada aspek-aspek spiritual dari berwudhu yang harus diperhatikan oleh mereka yang menggunakan peralatan modern," katanya pada Islamonline.

Syeikh Hassan Asy-Syarif menegaskan, umat Islam sendiri tidak perlu terpecah belah hanya kerena mesin-mesin modern dan umat Islam tidak perlu kehilangan semangat spiritualitasnya dengan menggunakan peralatan modern seperti mesin wudhu otomatis itu.

"Umat Islam yang menggunakan mesin ini tidak boleh lupa bahwa mereka sebenarnya sedang melakukan salah satu bentuk peribadatan dan bukan sekedar kegiatan rutinitas membersihkan badan," jelasnya.

Yang dimaksud aspek spiritual itu, Syeikh Hassan Asy-Syarif mengungkapkan sebuah hadist shahih yang mengatakan bahwa dosa seseorang akan diampuni ketika tetesan air jatuh dari bagian-bagian tubuh orang yang berwudhu.

"Aspek spiritual inilah yang harus ada di pikiran seorang Muslim," tegasnya. (ln/iol)

Monday, May 08, 2006

[Thesis]: Daerah Kumuh di Jerman? Solusinya Gimana Yah?


Hehehehe... karena gatal untuk menulis walau sedang sibuk dengan thesis... mungkin yg seperti ini aja deh yang ditulis... mungkin ada teman-teman disini yang bisa memberikan kritik dan saran... :)

Thesis yang saya ambil berhubungan dengan tema Arsitektur Perkotaan. Kasusnya tidak bisa ditentukan sendiri. Karena ia hanya bisa ditentukan oleh Profesor.

Kasus yang diberikan agak rumit yaitu tentang ''Penataan Sebuah Kawasan Kumuh di Kota Berlin''. Sama halnya dengan Jakarta maupun New York, Berlin sebagai kota internasional memiliki Gap/ Kesenjangan Sosial. Baik isu kesenjangan kultur asli jerman dengan kultur asing dan juga isu perbedaan tingkat ekonomi penduduknya. Oleh karena itu Pemerintah kota Berlin mencanangkan ke depan, bahwa Berlin akan dijadikan sebagai Kota Sosial.

Munculnya kawasan kumuh di Berlin bukan disebabkan kemiskinan dari tidak adanya lapangan pekerjaan/ penghasilan, justru penyebabnya adalah kemiskinan secara sukarela (freewill). Aneh? ya! Para penghuni daerah kumuh di Jerman sebagian besar tidak bekerja, karena mereka sudah merasa cukup dengan Jaminan Sosial yang memang selalu diberikan kepada mereka yang tidak memiliki pekerjaan/ pengangguran oleh Pemerintah Jerman. Dengan kata lain mereka PEMALAS. :D

Daerah Studi thesis saya terdapat disuatu kawasan pemukiman (flat) dan perkantoran yang berdekatan dengan sebuah Kanal yang direncanakan oleh Pemerintah Kota Berlin sebagai Kawasan ''Media''. Di suatu bagian dari kawasan tersebut terdapat daerah SLUM/ Daerah Kumuh yang dihuni oleh para Wanita, Lesbian, dan Pelaku Transseksual yang tinggal di karavan-karavan (seperti karavan orang gipsi). Komunitas mereka sudah sejak lama berada dan kuat hingga memiliki organisasi yang bernama ''SCHWARZER KANAL''. Setiap tahunnnya di musim panas selalu diadakan program-program event seperti Kabaret, Teater, Makan Bersama, Party, dan lain-lain. Acara ini mereka gelar secara gratis bagi para pelancong maupun seniman. Dan acara ini selalu ramai dikunjungi, apalagi tempatnya berdekatan dengan Sungai/ Kanal, sehingga mereka bisa berjemur dan berenang disana.

Namun keberadaan mereka justru menimbulkan konflik terhadap lingkungan sekitarnya. Para penghuni flat dan pekerja di kantor selalu mengeluh akan keributan, ketidak bersihan dan hal-hal yang mengganggu lainnya. Hingga keluhan ini sampai di meja pemerintah, terutama pemilik salah satu gedung perkantoran yang merasa terganggu dengan alasan Estetika Kawasan yang akan menimbulkan kekontrasan terhadap gedung mereka memang terdesain dengan nilai artistis yang bagus dan terlihat modern dan dominan. Lalu Mulai beberapa tahun lalu, pemerintah merencanakan akan mengGUSUR mereka.

Mendengar hal itu, para penghuni Schwarzer Kanal pun bereaksi menentang dan enggan digusur. Berbagai cara mereka lakukan untuk bisa tetap tinggal di sana, terutama melalui Demonstrasi dan melalui Media terutama internet.

Merekapun mengkritik pemerintah bersikap arogan dan selalu membuat program struktur kota yang sangat tidak manusiawi dan tidak pernah mengkutsertakan mereka dalam perencanaan kota. Selain kritik, mereka pun menyarankan supaya mereka tetap tinggal disana dengan merencanakan kawasan sebagai Daerah Kultur dengan fungsi yang lebih terbuka (Teater, Museum dll). Karena kalau tidak, Berlin terutama kawasan tersebut akan menjadi membosankan!

Nah... kira-kira seperti itulah gambaran problematika kasus studi thesis saya. Saya harus memberikan pemecahan masalah berupa desain dan program. Untuk pertama-tama konsern saya lebih ke keberadaan daerah kumuh tersebut. Bagaimana? Apa mereka tetap disana? Kalo tetap, bagaimana memberdayakan mereka yang notabene adalah para pemalas?

Solusi yang terlintas adalah saya akan merencanakan fungsi kultur yang lebih kerakyatan dan terbuka dan juga akan mempertahankan mereka tetap tinggal disana (dengan memberikan Hunian yang lebih layak dan mungkin juga berupa Karavan, namun Hunian mereka diberi dengan fungsi tambahan yaitu fungsi Tempat Usaha berupa Home Indutry) dengan persyaratan ''Mereka Harus Bekerja'' dengan cara diberi ''Tanggung Jawab'' untuk menjaga lingkungannya tetap indah dan bersih. Jika tidak terjaga, maka mereka harus managgungnya dengan sebuah ''Penggusuran''.

Namun kalau saya membangun sebuah fungsi kultur, bagaimana dengan problem ''Kebisingan'' yang ditimbulkan, apalagi sifatnya ''Open Air''. Ini masih saya pelajari.

Ada masukan dari teman-teman kah? :)