Sunday, October 23, 2005

Kabut



Warna warni bergolong-golongan
Dari satu titik sumber ketauhidan
Entah ego atau lah jati diri
Satu sama lain saling menjauhi

Kata gotong royongpun tak tertulis lagi
Lebih baik jalan sendiri-sendiri

Datanglah warna warni kepalsuan
Datang entah dari penjuru mana
Bercampur yang merusakkan
Seperti najis dalam air sebuah bejana

Berbaur tak kentara bau dan warnanya
Kaburkan kebenaran sesungguhnya

Betul-betul hatiku dilanda sedih
Betul-betul pikiranku tak punya roda
Warna warni seharusnya bercampur putih
Putihnya hingga terlihat sisi yang ternoda

Ya Allah tunjukilah hambamu jalan kebenaran
Jalan yang penuh dengan kasih dan ridhoMu
Jalan yang kini sungguh berkabut membutakan
Tuntunlah aku dijalan itu dengan cahayaMu

Friday, October 21, 2005

Berhentilah.. dan Kembalilah Pulang Nak...

Banyak manusia berkekurangan dalam beragama
Mengapa mereka tidak bermotivasi untuk mendekatkan diri
Banyak manusia berlebihan dalam beragama
Mengapa mereka bermotivasi untuk menjauhkan diri

Banyak manusia bermain dengan senangnya
Bermain-main makin jauh dari rumahnya
Sampai lupa akan jalan pulang
Bahkan tak terbesit untuk pulang

Bagai seorang Ibu memanggil anaknya
Namun tak dibalas sedikitpun sahutannya
Padahal banyak kesempatan tuk kembali
Padahal berbagai peringatan selalu mendekati

Berhentilah mendustakan diri
Berhentilah menjahili diri
Berhentilah menipu diri
Berhentilah menyiksa diri

Bukti apalagi yang harus kaucari
Padahal kebenaran selalu menjumpai
Cukup kebenaran itulah yang kauyakini
Cukup kebenaran itu yang kau amali

Berhentilah... dan Kembalilah Pulang Nak...

Monday, October 17, 2005

''Inul sebagai Inspirasi'': to be acknowledged

''Public Opinion'' is important to us ''to be Acknowledged''.

Siapa tak kenal Inul Daratista dengan Goyang ''ngebor''nya. Dia dicerca oleh banyak kalangan terutama dari kalangan ulama. Posisi inul seakan-akan terpojok dan teraniaya. Malah ini menguntungkan inul sendiri... sekalian publikasi... Ramai media meliput berita super laris ini... Masyarakatpun memakan berita terpanas tersebut. Banyak masyarakat malah mendukung Inul.


Contoh artis yang lain adalah Imaniar. Pada saat suaminya mendapat gugatan dari pembantu rumah tangganya di pengadilan. Pada saat pengadilan berlangsung dia memakai jilbab... Kita melihat dikaca televisi seakan-akan dia dan suaminya dalam keadaan
difitnah dan teraniaya. Setelah Pengadilan memenangkan Pasangan tersebut atas ex- Pembantu Rumah tangganya.... Tidak terlihat lagi Imaniar berjilbab.

Sama halnya denga Reza -penyanyi pop dengan ciri khas serak-serak basah dan yg disukai suaminya karena bisa ngaji- yang sempat lari dari suaminya Adjie Masaid..
tiba-tiba menghilang . Pulang-pulang memakai Jilbab setalah ternyata dia selama itu bersembunyi di pesantren gurunya. Melihat di kaca TV kita merasa kasihan dan simpati dengan Reza dan mulai-mulai suudzhon dengan Adjie, seakan-akan Adjie telah berlaku kasar ke Reza selama berumah tangga. Setelah bercerai Reza pun tak kelihatan lagi memakai Jilbab... Skrg dia sedang menulis buku ttg ketertidasannya sebagai seorang wanita selama dia berumah tangga. (waduh... ghibah dong yah???)

''Public Opinion'' is important to us ''to be Acknowledged''.


Konsep ini dicontoh oleh perorangan dan kelompok-kelompok ''yang belum diakui'' di indonesia. Dengan cercaan dan tuduhan ''sesat'' justru menjadikan PR (Humas) yang bagus. Dengan posisi teraniaya hal ini akan mengubah opini publik. Publik yang awam yang tersentuh perasaannya dengan polosnya mendukung dan mengakui mereka. Yang tidak melakukan hal yg sama dan menentang berarti tidak memiliki hati nurani.


Saya tidak menyalahkan adanya pengajian-pengajian yang mengajarkan ttg keutamaan hati, namun masyarakat kita lama kelamaan menjadi masyarakat yg ''cengeng''. Saking cengengnya, mereka tidak bisa membedakan perasaan: mana yang Hati mana yang Nafsu. Ladang2
''vulnerable'' dan ''fragile'' ini jugalah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tadi sebagai Iklan gratis sekalian mencari simpatisan2. Konsep ini juga tidak bedanya dengan apa yang dilakukan para Missionaris.

Hati-hati dengan perasaan, karena didekat hati ada nafsu...


Mari menjadi muslim yang punya hati tapi tidak cengeng
...

Friday, October 14, 2005

Hati-Hati Mengatasnamakan Hati Nurani


Kubilang diriku hanya menyampaikan
Kau malah bilang diriku menyakiti

Kau malah lanjut bilang diriku tega dan berbuat tidak baik
Kau malah bilang diriku tak punya hati nurani

Hati-hati mengatasnamakan hati... kawanku

Ku lebih memilih menyebutnya dengan perasaan daripada
hati

Kenapa?

Karena di dalam perasaan bukan hanya ada hati namun
juga ada nafsu

Antara keduanya adalah lawan
Antara keduanya adalah dekat

Katakan padaku... apakah hati nuranimukah yg sedang
bicara dari tadi?

Yg baik dari mata seorang manusia belum tentu baik di
mata Allah
Yg buruk dari mata seorang manusia belum tentu buruk
di mata Allah

Katakan padaku.. Jika seorang manusia merasa dirinya
orang baik-baik... apakah dengan begitu dia orang yang
benar?

Lalu tiba-tiba kau menuduhku merasa paling benar...

Kawanku...
Allahlah yang Maha Benar
Kebenaran adalah milikNya

Dan kebenaran itu telah diturunkan
Dan kebenaran itu telah ditemukan

Dan dengan kebenaran itu aku beriman
Dan dengan kebenaran itu aku jadi tahu
Dan dengan kebenaran itu aku amalkan
Dan dengan kebenaran itu aku kabarkan