Tuesday, July 29, 2008

[KFTS]: Ilmupun Bisa Menjadi Bak Harta yang Sia-sia


"Wah...! Ustadz Ramadhan tadi benar-benar menggugah yah ceramahnya. Setelah memperhatikan beliau, terlihat sekali ketawadhuan dan karomah yang kuat akan ketinggian keilmuan beliau. Bukan aura loh, tapi kemuliaannya. Aura cuman milik yang percaya dukun-dukun. He he he!" kata Maman.

"Begitulah kemuliaan taqwa terpancar, jika ilmu dipraktekkan secara amanah dan istiqomah." tambah Syams.

"Pantas saja kedudukan seorang yang berilmu atau terpelajar lebih tinggi di atas seorang dermawan yang menyedekahkan hartanya. Walau masih di bawah orang-orang yang berjihad sich, tapi lumayanlah."

"Iya. Tapi ilmu bisa menjadi sia-sia, sama layaknya harta yang sia-sia. Bahkan kalau aku pikir justru lebih rendah, karena amanahnya yang lebih berat. Wallahu a'lam!"

"Oh ya? Bukankah ilmu adalah penjaga?"

"Ia akan menjadi penjaga kalau yang diamanahkan memiliki keikhlasan. Tidak bermaksud untuk dilihat orang, atau bahasa kasarnya pamer, dan maksud-maksud duniawi lainnya. Ini adalah sifat munafik, bahkan sampai ke sifat syirik, karena menuhankan diri sendiri. Ibarat orang berilmu tapi imannya nol, maka amalnyapun nol. Jika imannya setengah, maka amalnya setengah. Jika imannya penuh, maka amalnya penuh. Jadi mau seberapapun ilmu itu, banyak ataupun sedikit, jika imannya buruk, maka buruk pula amalnya. Maka ilmunya yang bertumpuk-tumpuk dan bertingkat-tingkat itu menjadi sia-sia."

"Aduh kenapa berat sekali yah menjadi seorang yang berilmu?"

"Makanya ilmu itu harus membuahkan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang sekitarnya. Seperti halnya harta, ilmu juga harus disedekahkan. Jangan ditahan dan disimpan di belakang punggung. Manfaatnya harus diputar, maka hasilnya berlipat-lipat, bahkan menjadi kekal seperti halnya amal jariyah, karena diteruskan tidak terputus bagi yang mengambil manfaatnya dan menyebarkannya."

"Walau berat, ternyata amalannya berlipat-lipat. Aku jadi semangat mencari ilmu. Moga Allah memudahkan aku mendapatkan ilmu dan menghindarkanku dari perbuatan yang menyia-nyiakan rizkynya itu. Moga Ilmu-ilmu yang barakah itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang amanah."

"Aamiiin!!! Maka kita harus sama-sama ingat, bahwa di hari hisab nanti, ilmupun bukan penolong seperti halnya harta kita. Bekal kita justru adalah amalan-amalan yang didapat dengan ilmu itu. Maka banyaknya ilmu dan semakin tingginya tingkat keilmuan kita, itu semua belum tentu menyelamatkan kita. Kecuali orang-orang yang mengamalkannya secara ikhlas kare Allah semata."

Sunday, July 27, 2008

[KFTS]: Bersabarlah! Maka yang lain pun bersabar


"BISA GAK SICH, GAK BIKIN ORANG MARAH!!!" hardik Maya sambil meninggalkan Mutiah dan Rissa.

"Iiih!!! Kenapa sich tuh orang pake marah-marah segala?" sebal Rissa.

"Kamu sich belum mengembalikan Laptop dia sudah sejak lama. Eh malah sekarang kamu juga yang rusakin. Ya pantas saja lah Ris."

"Iya aku tahu aku yang salah. Tapi khan jangan marah-marah keras-keras seperti itu. Bikin aku tambah malu dan kesal saja. Sabar kek! Khan si Maya terkenal sabarnya. Kenapa sekarang gak sabaran?"

"Emang kalau dia sabar, dengan begitu kamu memanfaatkan kesabarannya itu supaya kamu bisa mengulur-ulur waktu meminjam Laptopnya? Dengan begitu Maya gak protes, begitu? Maya yang penyabar begitu juga punya perasaan Ris! Apalagi sampai tahu kalau Laptop yang ia dipinjamkan malah jadi rusak. Apa dia masih bisa maklum? Coba deh kamu pikir kalau kamu berada di posisi Maya."

"Aku pasti lebih sabar lagi."

"Yang benar? Aku tak percaya!"

"Ya aku usahakan! Namanya juga teman."

"Baiklah! Kalau kamu memang bisa lebih sabar dari Maya dan kamu adalah temannya, kenapa tidak kamu saja yang bersabar supaya si Maya juga bisa bersabar?"

"Hah? Kok aku yang harus bersabar?"

"Kalau kamu mau si Maya bersabar dan tidak marah-marah, maka seharusnya kamulah yang harus memulai untuk bersabar, menjaga diri supaya Laptop yang kamu pinjam dikembalikan tepat waktu dan tidak sampai rusak."

"..." diam Rissa sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Iya... Kamu benar Tia... Aku terlalu egois. Berharap orang lain berbuat baik dan berkorban kepadaku. Sedangkan aku mencoba untuk berbuat baik dan berkorban kepada mereka saja belum bisa."

"Ris! Kita ke rumah Maya sore ini dan minta maaf sama dia, Ya?" kata Mutiah sambil memeluk Rissa.

Rissa mengangguk.

Wednesday, July 09, 2008

[KFTS]: Motor Curian dalam Al-Qur'an?


Terdengar keras pintu masuk dibanting kuat-kuat. Mendengar itu Bu Dedeh bertanya-tanya dalam hati: "Siapa gerangan itu?"

Ternyata Tabrani, anaknya yang baru pulang dari kantor.

"Kenapa Sep? Kok kamu kelihatan gusar begitu? Apalagi , apa gak malu didengar tetangga, pintu itu kamu banting keras-keras?"

"Maaf Bu. Aku kena musibah. Motorku dicuri orang di kantor. Semua orang di kantor dan petugas satpam juga tidak tahu menahu. Aku sudah lapor polisi terdekat, walau tahu itu percuma. Aku benar-benar kalut saat ini. Apalagi kreditannya belum selesai. Aduhhh! harus cari di mana yah!!??? Sepertinya aku benar-benar ingin menghabisi orang yang curi motorku itu, jika beruntung ketemu nanti. Awasss!!!" cerita Tabrani tak ada ujungnya.

Ibunya melihat kegusaran anaknya berlebihan. Ingin rasanya memeluk dan mengelus dadanya. Namun ia pikir, saat ini ia tidak bisa menghadapi anaknya dengan tenang. Untuk apa menghadapi sebuah batu.

"Coba kamu cari motormu di Al Qur'an!" seru ibunya sambil berlalu kembali ke kamarnya, sambil berharap ada air yang bisa menghancurkan batu itu.

"Ibu ngomong apa seh? Tidak bisa lihat aku lagi kesal apa? Kok bisa-bisanya ngelantur seperti itu." bisik hati Tabrani panas membara.

*****

Beberapa hari kemudian, Tabrani keluar kamar dengan tampak cerahnya. Lalu ia menghampiri ibunya, sambil menyematkam ciuman sayang didahi perempuan tua itu.

Leila adiknya yang berada di situ hanya terheran-heran. "Ketemu jodoh kali?" bisik otaknya.

"Terima kasih ya Bu! Sudah menjadi ibu yang terbaik, terbaik dari segala perempuan!"

"Gombal! Kamu kenapa seh?" tanya Bu Dedeh yang masih memerah pipinya.

"Aku sudah menemukan motorku!"

"Oh yah? Alhamdulillah! Ketemu di mana?"

"Ya di Al Qur'an lah Bu. Khan ibu yang bilang."

Bu Dedeh tersenyum cerah.

"Motor? Di Al Qur'an? Emang bisa? Di mana?" tanya Leila.

"Di ayat-ayat kesabaran, di ayat-ayat keikhlasan, di ayat-ayat bahwa harta itu hanya pinjaman. bukan milik kita, tapi milik Allah!" jawab Tabrani sambil tersenyum kepada adiknya.

"Ooo gitu toh! Baguslah! Aku udah lama khawatir dengan keadaan Aa."

"Iya La! Jangankan motor, kamu dengar tidak berita di teve kemarin. Ada orang yang membunuh penjual pulsa, lantaran pulsa yang ia beli tidak kunjung masuk. Padahal pulsa itu hanya seharga Rp. 10.000,-. Tapi bisa mengubah orang jadi ganas dan lupa diri. Makanya kita harus belajar bersabar dan ikhlas! Apalagi hidup di negara ini yang terasa semakin sempit saja." kata Bu Dedeh kepada anak-anaknya yang tercinta.

Tabrani dan Leila mengangguk paham.