Monday, May 08, 2006

[Thesis]: Daerah Kumuh di Jerman? Solusinya Gimana Yah?


Hehehehe... karena gatal untuk menulis walau sedang sibuk dengan thesis... mungkin yg seperti ini aja deh yang ditulis... mungkin ada teman-teman disini yang bisa memberikan kritik dan saran... :)

Thesis yang saya ambil berhubungan dengan tema Arsitektur Perkotaan. Kasusnya tidak bisa ditentukan sendiri. Karena ia hanya bisa ditentukan oleh Profesor.

Kasus yang diberikan agak rumit yaitu tentang ''Penataan Sebuah Kawasan Kumuh di Kota Berlin''. Sama halnya dengan Jakarta maupun New York, Berlin sebagai kota internasional memiliki Gap/ Kesenjangan Sosial. Baik isu kesenjangan kultur asli jerman dengan kultur asing dan juga isu perbedaan tingkat ekonomi penduduknya. Oleh karena itu Pemerintah kota Berlin mencanangkan ke depan, bahwa Berlin akan dijadikan sebagai Kota Sosial.

Munculnya kawasan kumuh di Berlin bukan disebabkan kemiskinan dari tidak adanya lapangan pekerjaan/ penghasilan, justru penyebabnya adalah kemiskinan secara sukarela (freewill). Aneh? ya! Para penghuni daerah kumuh di Jerman sebagian besar tidak bekerja, karena mereka sudah merasa cukup dengan Jaminan Sosial yang memang selalu diberikan kepada mereka yang tidak memiliki pekerjaan/ pengangguran oleh Pemerintah Jerman. Dengan kata lain mereka PEMALAS. :D

Daerah Studi thesis saya terdapat disuatu kawasan pemukiman (flat) dan perkantoran yang berdekatan dengan sebuah Kanal yang direncanakan oleh Pemerintah Kota Berlin sebagai Kawasan ''Media''. Di suatu bagian dari kawasan tersebut terdapat daerah SLUM/ Daerah Kumuh yang dihuni oleh para Wanita, Lesbian, dan Pelaku Transseksual yang tinggal di karavan-karavan (seperti karavan orang gipsi). Komunitas mereka sudah sejak lama berada dan kuat hingga memiliki organisasi yang bernama ''SCHWARZER KANAL''. Setiap tahunnnya di musim panas selalu diadakan program-program event seperti Kabaret, Teater, Makan Bersama, Party, dan lain-lain. Acara ini mereka gelar secara gratis bagi para pelancong maupun seniman. Dan acara ini selalu ramai dikunjungi, apalagi tempatnya berdekatan dengan Sungai/ Kanal, sehingga mereka bisa berjemur dan berenang disana.

Namun keberadaan mereka justru menimbulkan konflik terhadap lingkungan sekitarnya. Para penghuni flat dan pekerja di kantor selalu mengeluh akan keributan, ketidak bersihan dan hal-hal yang mengganggu lainnya. Hingga keluhan ini sampai di meja pemerintah, terutama pemilik salah satu gedung perkantoran yang merasa terganggu dengan alasan Estetika Kawasan yang akan menimbulkan kekontrasan terhadap gedung mereka memang terdesain dengan nilai artistis yang bagus dan terlihat modern dan dominan. Lalu Mulai beberapa tahun lalu, pemerintah merencanakan akan mengGUSUR mereka.

Mendengar hal itu, para penghuni Schwarzer Kanal pun bereaksi menentang dan enggan digusur. Berbagai cara mereka lakukan untuk bisa tetap tinggal di sana, terutama melalui Demonstrasi dan melalui Media terutama internet.

Merekapun mengkritik pemerintah bersikap arogan dan selalu membuat program struktur kota yang sangat tidak manusiawi dan tidak pernah mengkutsertakan mereka dalam perencanaan kota. Selain kritik, mereka pun menyarankan supaya mereka tetap tinggal disana dengan merencanakan kawasan sebagai Daerah Kultur dengan fungsi yang lebih terbuka (Teater, Museum dll). Karena kalau tidak, Berlin terutama kawasan tersebut akan menjadi membosankan!

Nah... kira-kira seperti itulah gambaran problematika kasus studi thesis saya. Saya harus memberikan pemecahan masalah berupa desain dan program. Untuk pertama-tama konsern saya lebih ke keberadaan daerah kumuh tersebut. Bagaimana? Apa mereka tetap disana? Kalo tetap, bagaimana memberdayakan mereka yang notabene adalah para pemalas?

Solusi yang terlintas adalah saya akan merencanakan fungsi kultur yang lebih kerakyatan dan terbuka dan juga akan mempertahankan mereka tetap tinggal disana (dengan memberikan Hunian yang lebih layak dan mungkin juga berupa Karavan, namun Hunian mereka diberi dengan fungsi tambahan yaitu fungsi Tempat Usaha berupa Home Indutry) dengan persyaratan ''Mereka Harus Bekerja'' dengan cara diberi ''Tanggung Jawab'' untuk menjaga lingkungannya tetap indah dan bersih. Jika tidak terjaga, maka mereka harus managgungnya dengan sebuah ''Penggusuran''.

Namun kalau saya membangun sebuah fungsi kultur, bagaimana dengan problem ''Kebisingan'' yang ditimbulkan, apalagi sifatnya ''Open Air''. Ini masih saya pelajari.

Ada masukan dari teman-teman kah? :)

3 comments:

fanny's said...

I put my "sok tau" comment in your MP....:)

Anonymous said...

hi,saya juga lagi study tugas akhir dengan kasus yang sama pemukiman kumuh tetapi lokasinya di kota jakarta.
kebetulan saya butuh teman untuk diskusi tentang masalah ini,dan kalo bisa kita menukar informasi tentang thesis kita.alamat e-mail saya :arsitek_yz@plasa.com.atau kita bisa chat?

nt:saya mengharapkan jawabanya secepatnya
sebab dua minggu lagi saya akan presentasi tentang thesis saya

zikrillah

Anonymous said...

ass.
wah senangya bisa pada sekolah lagi sampai s nya banyak (ini orang iri yg omong).
kebetulan saya berprofesi sbg tukang merencana di jakarta (karena bekerja berdasarkan pesanan dan sedikit tekanan ditambah sedikit nurani dan idealisme), coba mas bikin thesisnya tentang pemukiman kumuh di jakarta kemudian di presentasikan ke professor 2x anda di jeman situ, jadi akan lebih bermanfaat untuk memecahkan persoalan didalam negri ini.
takutnya ilmu yang anda peroleh hanya jadi ilmu ideal tanpa bisa berasimilasi dengan negri kita (sekedar saran ni)
wss