Tuesday, February 28, 2006

Bukan Karena Aa Gym



Rendra adalah salah satu dari beberapa mahasiswa yang tinggal di sebuah ''Kos-kosan''. Bersama Rahmat seorang Mahasiswa Fakultas Matematika, ia berbagi kamar yang berukuran 20 m2. Tak jauh dari sana ada sebuah Masjid yang biasa Rendra besuki untuk bersholat berjamaah.

Setiap Rendra pulang dari sholat subuh, ia dapati Rahmat sedang mendengarkan Radio dengan serius. Radio itu setiap paginya menyiarkan ceramah MQ Pagi bersama Aa Gym. Rahmat tak pernah absen untuk mendengarkannya. Rendra pun merasa kalah dari Rahmat dalam berlomba mendengarkan acara tersebut.

Yang membuat Rendra terusik adalah, ia tidak pernah mendapati teman sekamarnya ini melaksanakan sholat 5 waktu. Tadinya ia sangat senang ketika Rahmat sangat keranjingan mendengarkan acara MQ tersebut dan tak pernah melewatkannya, apalagi kesiangan. Namun sekarang ia pun dilanda kekhawatiran akan keadaan sobatnya ini.

Di suatu hari Rendra menyempatkan diri untuk bersholat subuh di rumah seperti tidak biasanya. Hanya ingin mengamati gerak-gerik Rahmat di Dini hari.

Seperti yang diduga, Rahmat terbangun dan tidak buru-buru mengambil air wudhu untuk bersholat subuh. Ia hanya duduk di dekat Radio kesayangannya. Ajakan sholat subuh bersama dari Rendra pun tidak dipedulikannya.

Setelah selesai sholat subuh, Rendra pun menghampiri Rahmat dan seraya berkata: ''Gak sholat subuh Mat ? Mumpung waktunya belon abis loh... ''

''Hmm... Enggak. Gw mo dengerin MQ Pagi aja.''

Rendra pun mengambil tempat, lalu duduk di dekat Rahmat sambil merangkai kata penuh kehati-hatian sebelum ia ungkapkan kepada Rahmat.

''Mat... Maaf yah kalo gw lancang... Tapi apa baiknya dengerin Aa Gym kalo lo gak sholat ? Kalo Aa Gym dateng ke sini... trus lihat lo begini... Apa dia gak sedih dan marah nantinya ? Gak hanya Aa Gym loh... Allah aja bisa lebih murka...'' ungkap Rendra kepada Rahmat.

Rahmat seketika memandang wajah Rendra. Tiba-tiba satu titik demi titik air mata pun menetes.

''Iya gw tahu kok... Gw mau kok sholat... Cuman entah kenapa... apa gw banyak dosa ato banyak melakukan maksiat... hati gw rasanya beku... Pintu hati gw serasa terkunci oleh beribu gembok. Tiap gw sholat... kok gw gak ngerasa apa-apa yah ? Gw gak mau sholat tanpa rasa Ndra ! Gw malu sama Allah! Gw gak mau kayak orang kebanyakan, yang hanya sholat tapi kosong, setelah sholat minus... ''

''Lalu ?''

''Entah berapa orang termasuk orang tua gw... dan berapa ustad yang selalu nasehatin gw. Tapi entah kenapa... susah banget diri gw ini. Hati ini seperti keras kepala... Gw dengerin dengan rajinnya acara inipun belum ampuh membalikkan hati gw... Entah sama siapa lagi gw mo minta tolong untuk bisa benar-benar mendengarkan nasehat darinya ??? '' rintih Rahmat.

''Mat... gw pikir... pintunya seh sudah tidak terkunci lagi... '' kata Rendra.

''Maksud Lo ?''

''Iyah... Pintu itu sebenarnya Allah sudah tidak menguncinya... buktinya elo sadar bisa ngomong seperti ini. Pintu hati lo itu sebenarnya sedang menunggu elo.. supaya elo sendiri yang buka. Bukan Ortu lo, Ustad-ustad itu... dan bukan karena Aa Gym yang bisa membuat pintu itu terbuka. Tapi elo yang harus memulainya sendiri... sehingga pintu itu terbuka... walau perlahan-lahan... ''

''Gw?''

''Awalnya memang terasa kosong... namun lama kelamaan dengan usaha elo untuk mendekatkan diri kepada Allah... Insya Allah nikmat dari sholat akan lo rasain satu demi satu bertambah-tambah... Toh salah satu manfaat sholat itu adalah akan menghindarkan diri kita dari perbuatan keji dan mungkar... asal kita mo berusaha dan bersabar...''

''Sudahi mencari-cari, Mat... Karena jawabannya sudah ada di hadapan elo sendiri... Dan temukan sekarang dengan mempraktekannya... Walau itu dengan langkah-langkah kecil... tapi dengan langkah pasti... Moga lo mendapatkan nikmat itu... Bukankah Aa gym pernah bilang; Mulai dari diri sendiri, mulai sekarang, dan mulai dari yang kecil.'' lanjut Rendra sambil tersenyum.

Rahmat terdiam sambil mengusap matanya yang basah. Lalu tersimpul senyum di wajahnya. Telihat ia lebih legah dari penungguan yang berlarut itu. Penungguan yang menyebabkan kesusahan dalam hatinya.

''Bantu gw yah Ndra... Bantu gw buka pintu hati gw sedikit demi sedikit ?'' kata Rahmat.

''Iyah... Tapi yang bisa membukanya itu hanya elo, Mat... Tugas gw hanya mengingatkan... ''

-Moga Tiap Ibadah dan Amalan Baik Kita Dipermudah, Insya Allah-

''Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?'' (QS. 45:23)

Sunday, February 26, 2006

Setelah dari Jerman, di Indonesia Mo Ngapain Yah ?


Hmmm... nampaknya kegiatan nulis saya sekarang-sekarang ini lagi tersendat-sendat neh.... Nggak serajin sebelumnya, walau ide sedang menumpuk di Note Book. Sekarang malah hanya sekedar bisa nulis tentang ''curhat'' aja.... Gampang ngalirnya...

Maklum lagi banyak tugas menumpuk yang harus diselesaikan. Insya Allah kalo semua tugas selesai dan semua nilai tugas keluar dengan hasil yang cukup bagus, saya ada rencana untuk nulis ''Diplomarbeit'' (Thesis) semester depan ini. Doain yah ! :)

Akhir-akhir ini jadi kepikiran. Setelah selesai kuliah di Jerman ini insya Allah, lalu abis itu mo ngapain dong ? Bingung juga yah ? Apa harus pulang ke Indonesia dan berkarya ato tetep di sini lanjut S3 ato bekerja ? Apalagi bidang saya yaitu di Arsitektur memusingkan diri saya sendiri. Jadi ada perasaan gamang selalu menghantui.

Memang seh... dunia arsitektur lagi marak-maraknya di tanah air. Ini kabar baik setelah ''krismon'' yang lalu, dimana para arsitek banyak yang dipecat dari perusahaan dan banyak kantor konsultan arsitektur yang musti gulung tikar.

Namun kini kesempatan kerja bakal banyak persaingan neh. Apalagi saya yang belum punya pengalaman harus bersaing dengan mereka yang sudah makan garam lebih banyak. Titel saya sebagai tamatan S2 belum tentu bisa mengalahkan kompetensi rekan-rekan arsitek lainnya, yang mereka kebanyakan tamatan S1 namun sukses karirnya.

Trus ditambah lagi identiknya dunia ''pembangunan'' sebagai lahan yang paling ''kotor'' di Indonesia. Banyak manipulasi dan ketidak jujuran pasti selalu menghampiri dalam setiap pekerjaan. KKN pun sangat kental di dunia kami. Saya yang alergi dengan cara itu sepertinya harus ikutan ''jatuh'' juga jika ingin sukses.

Jika saya melanjutkan kuliah saya hingga S3 di Jerman ini, nampaknya untuk bidang saya mungkin sia-sia. Karena bidang saya tidak menuntut saya untuk mengambil jenjang ''Doktor''. Mungkin nantinya hanya akan berakhir menjadi ''dosen'', karena tidak berguna di dunia lapangan.

Tadinya saya berpikir untuk bekerja saja di Jerman. Namun sepertinya harus urung harapan itu, karena ''pembangunan'' di Jerman juga lagi sepi. Makanya banyak perusahaan di sini belum berani membuka lapangan kerja untuk arsitek. Mereka justru mempertahankan tenaga kerja yang sudah ada yang sudah dipercaya sejak lama. Sulitnya juga ditambah karena saya adalah warga asing. Saya harus bersaing dengan WN Jerman sendiri, yang jumlahnya lebih banyak.

Apa saya harus pulang ke Indonesia ? Apakah di Indo saya harus ''banting stir'' ? aduh jadi bingung deh.... :(

Kalo banting stir... saya sebenarnya juga sudah dan sedang bersiap-siap. Banyak skill dan pengalaman yang sudah saya coba, baik itu otodidak maupun tidak, seperti: Nyanyi, Radio Internet, Nulis, Gambar dan Lukis, dan sedikit tahu dunia komputer. Banyak juga kursus dan seminar yang saya besuki, seperti: Perbankan Syariah, Ekonomi, Bisnis, Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan. Lalu di Jerman ini saya juga berkesempatan mengenal dunia kerja semacam jadi Buruh di Pabrik Rem dan Pabrik Roti, dan yang terakhir jadi Security di Bandara Frankfurt.

Dari kesemua itu, saya mencoba membuat Plan A hingga Z. Jika tidak menjadi arsitek di perusahaan asing maka saya mebuka konsultan sendiri. Jika tidak, maka saya coba berwiraswasta. Lalu jika tidak, maka saya coba dunia seni (nasyid, nulis, ato lainnya). Jika tidak hingga seterusnya sampai Z, maka mentok-mentok jadi Dosen.

Memang seh, semua harus dilalui hingga tahu di mana sebenarnya kita bisa berkarya dengan baik. Namun kenapa tidak dipikirkan masak-masak dulu sekarang ini untuk menyusun strategi kehidupan.

Intinya seh, bagaimana pekerjaan itu membuat saya nyaman dan senang dalam bekerja. Itu saja sudah cukup bagi saya. Apalagi saya orangnya tidak mementingkan dunia karir, walau sebenarnya saya tahu bahwa dunia kerja saya nantinya pasti menuntut saya untuk berkarir. :)

Ada masukan dari rekan-rekan sekalian untuk saya ? (terima kasih atas masukannya) :D.

Sunday, February 19, 2006

Bunga dan Duri



''Bunga, Aku sayang engkau karena keindahan yang kauberi. Karena aku bisa belajar untuk bersabar dan bertahan dari nafsu diri. Aku benci diriku, jika ku terlena dan lupa diri hingga tamak menguasai karena keindahanmu itu. Maka aku suka apa adanya diriku. Terima kasih Bunga.'' kata Duri kepada Bunga.

''Duri, Aku sayang engkau karena keperihan yang kau beri. Karena aku bisa belajar untuk bersabar dan bertahan dari nafsu diri. Aku benci diriku, jika ku larut dalam kesedihan dan kesakitan hingga dendam menguasai karena keperihanmu itu. Maka aku suka apa adanya diriku. Terima kasih Duri.'' kata Bunga kepada Duri.

Lalu Matahari yang menyimak mereka berdua dari tadi pun berkata: ''Berterima kasihlah kepada Allah karena telah menurunkanmu berdua. Karena kalian berdua adalah bentuk Kasih SayangNya kepada ciptaanNya. Pujilah Ia sebagai rasa syukurmu.''

''Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin... '' seru sekalian alam.

- Dalam nikmat ada cobaan, dalam cobaan ada nikmat, namun hanya sedikit yang menyadari, hanya sedikit yang mengambil pelajaran, hanya sedikit yang bersyukur -

Wednesday, February 15, 2006

Kasih Sayang Seorang Teman Terbaik



Reina berada dalam dilema hubungan pertemanan. Dia mendapat pertentangan dari teman-teman satu Gank karena keaktifannya dalam kegiatan-kegiatan Majelis Ta'lim Perempuan di komplek perumahannya. Dan karena itu juga jadwal Shopping dan Clubbing bersama jarang dihadiri oleh Reina dengan dalih ''Sori Sis... Ada pengajian neh. Lain kali aja yah ?''.

Selama mengikuti kegiatan MT, Reina makin lebih banyak tahu dan belajar hal-hal yang positif. Dan kehidupannya pun terasa lebih bermanfaat.

Reinapun tidak sadar, bahwa jadwal curhatan yang seharusnya ia luahkan kepada teman-teman satu Ganknya, malah beralih ke Amel dan teman-teman se-MT.

Karena desakan Ganknya, Reina dengan terpaksa harus meng-Cut Off teman-teman MT dari kehidupannya. Karena jika tidak, maka itu adalah Social Suicide dalam pergaulan.

Terlihat Amel berjalan menghampiri Reina yang telah menunggunya di depan Musholla. Seperti biasanya Amel selalu menebarkan senyumnya yang khas pada tiap saat pertemuan. Lalu merakapun saling menyapa dan berbalas salam.

''Gimana Rei ? Sudah terkumpul semua sumbangan baju-baju bekas dari tiap keluarga disini. Kalau sudah terkumpul, lusa ini setelah pengajian, kita berangkat langsung ke Panti Asuhannya.'' tanya Amel.

''Belum semua seh. Si Nena udah janji nanti malem ke rumah gw... Mo naro baju-baju dari beberapa keluarga, yang sore ini sedang dikumpulin ama dia bersama Tasya.'' jawab Reina.

'' Ooo ... ya udah gapapa... berarti besok aja kita bungkus semuanya sekalian.''

''Jadi tinggal apalagi yah.....?'' kata Amel sambil mengingat-ingat apa-apa yang mungkin terlupa.

''Mel... gw ngundurin diri yah...?'' sela Reina tiba-tiba.

Amel pun kaget seketika memandang Reina.

''Loh ? Kenapa Rei ? Lagi sibuk yah... ?''

''Enggak... Maksud gw... gak hanya kegiatan ini tapi gak mo aktif lagi sama sekali....''

''Eh... Kenapa Rei ? Kok tiba-tiba begini ?''

''Plis Mel... gw serius !'' sela Reina semakin tinggi suaranya.

''Pokoknya gw gak mau ikutan lagi. Waktu gw dengan teman-teman gw jadi gak ada lagi gara-gara gw aktif disini. Sori Mel... ini gw. Gw gak kayak elo.''

''Tapi Rei... Ini khan kegiatan bermanfaat.... Buat kebaikan...''

''Trus ? Lo mo ngelarang gw gaul sama temen-temen gw ? So what kalopun gw dan mereka lakuin adalah sesuatu yang sia-sia. Jadi lo jangan sok kebagusan nentuin apa yang baik yang gw harus lakuin ! Plis... jangan deket-deket gw lagi !'' bentak Reina hiperbolik daripada hatinya.

Sebelum Reina membalikkan badannya untuk meninggalkan Amel, terdengar suara tangisan. Tiba-tiba Ia beralih lagi menghadap Amel yang sedang berlinangan air mata. Hal ini membuat Reina tidak enak hati dan merasa menyesal.

''Mel... Jangan nangis gitu ah !'' kata Reina datar.

''Gw nangis bukan karena dibentak elo Rei... ''

''Lalu apa? Untuk apa seh lo kayak gini ? Apa seh yang lo minta dari gw ? Apa masalah lo coba jadi nangis begini ?''

''Kita berkumpul disini... semata-mata untuk berteman Rei... bersama-sama dalam kebajikan... Kenapa gw nangis?... Karena gw sayang elo Rei... Elo temen gw... Temen kita-kita... Moga lo selalu dalam segala kebaikan... Hanya itu aja seh Rei... yang kita arepin...'' jawab Amel terbata-bata sambil terisak.

Reinapun tersentak. Kata-kata Amel itu menyetrum hatinya yang terdalam. Dia pun jadi tersadar apa definisi seorang teman yang sebenarnya.

Buru-buru Reina memeluk erat-erat tubuh Amel sambil berlingan air mata. ''Maapin gw yah Meeeellll.... ! Gw bodoh....''

- Kasih sayang seorang teman terbaik adalah, ia mengajak dan menyeru kita melakukan hal-hal yang positif lagi bermanfaat. Ia tidak mengharapkan sesuatupun, melainkan kebaikan pada diri kita dan ikatan pertemanan yang tetap terjaga. -

''Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.'' (QS. 42: 23)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103: 1-3)

Hadis riwayat Abu Musa ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya perumpamaan berkawan dengan orang saleh dan berkawan dengan orang jahat adalah seperti seorang penjual minyak wangi (misk) dan seorang peniup dapur tukang besi. Penjual minyak wangi, dia mungkin akan memberikan kamu atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapatkan aroma harum darinya. Tetapi peniup dapur tukang besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu atau kamu akan mencium bau yang tidak sedap. (HR. Muslim)


Nabi saw bersabda : Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil membaca al Qur'an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya. (HR.Muslim)

Tuesday, February 14, 2006

Curhat: Kenangan Bersama Tim Nasyid Qudds



Saya dulu sempat bergabung dengan sebuah tim/ kumpulan nasyid yang bernama Qudds bersama: Addie, Edita, dan Arul. Kami selalu membawakan nasyid-nasyid dari Now See Heart, Saujana dan Brothers, yang kebetulan kami punya CD Minus One pinjaman dari Bang Mujahid-Now See Heart. Banyak suka duka yang saya alami selama bergabung dengan Tim ini.

Universitas Indonesia

Ini pementasan kami pertama kalinya. Kalau gak salah yang ngadain itu SALAM UI. Nervous banget euy. Apalagi adik dan tetangga juga pada dateng untuk ikut menonton. Alhamdulillah berjalan lancar.

Hari itu adalah hari yang sangat berkesan. Soalnya saya baru pertama kalinya menggeluti dunia nasyid ini, daripada teman-teman saya lainnya yang sudah memiliki pengalaman lebih dahulu. Itulah hari pertama saya manggung gak nge-Band tapi nge-Nasyid. :P

IAIN Jakarta

Pementasan kedua kali ini agak menyebalkan. Saat membawakan nasyid, ada segelintir orang yang mengganggu. Kami diteriak-teriaki dengan ''Bahasa binatang''.

Pada saat saya sedang menyanyi pada saat klimaks dengan nada improv yang tinggi. Tiba-tiba CD Minus One mati beberapa detik. Suara saya terdengar jelas sekali. ''Huuuuuuuuu... Cieee nyampe nih ye'' terdengar dari atas Tribun Ruang Serba Guna IAIN.

Saya mencoba untuk tenang. Lalu alunan dari CD Minus One berlanjut, dengan seketika saya melanjutkan kembali bagian yang saya harus bawakan hingga habis.

Setelah turun ada perasaan sebal. Lalu panitia meminta maaf, karena salah satu dari mereka yang bertanggung jawab di bagian sound system tidak sengaja salah memencet tombol. ''Ooo gpp... sebenarnya saya terganggu dengan suara teriakan-teriakan yang tidak enak itu'' kata saya. '' Iyah... maaf yah... maklumin aja... itu orang Liberal... mereka gak suka acara-acara seperti ini memang... dan kerjaannya suka mengganggu...'' kata seorang panitia. ''Oooo walaaaahhh... ya udah deh... gak usah dipikirin deh.'' dalam hati saya. :(

UNJ

Pementasan kali ini sangat berkesan. Saya berkesempatan mengenal Tim-tim nasyid seperti: Suara Persaudaraan, The Fikr, Qatrun Nada, dan banyak lagi.

Pada saat menunggu giliran manggung, kami berkesempatan masuk ke ruang ganti untuk sekedar pemanasan. Setelah masuk ruangan, tidak ada orang di dalam. Terlihat banyak barang-barang milik tim-tim lain. Dasar iseng... bukannya latihan, kami menyentuh alat-alat perkusi yang lagi nganggur. Dan ada seorang teman iseng memakai sorban Tim Qatrun Nada yang ada di sana. '' Eh... bukan punya kita tuh'' kata saya. ''Heheh gpp... dulu khan pernah satu tim sama mereka... punya temen ini kok'' jawabnya. Dasar iseng. :)

Marinir

Pementasan kali ini di Marinir. Kami diundang untuk mengisi hiburan. Saya lupa ada acara apa pada waktu itu.

Sedihnya, dari awal sampai akhir kami tidak diberikan konsumsi sama sekali. padahal acara berlangsung dari pagi hingga sore. Akhirnya kami berkesempatan keluar sebentar untuk mencari jajanan.

Pada saatnya tampil, terdengar sang MC berkata: '' Selamat mendengarkan tampilan dari Tim Nasyid Qudds dari Daarut Tauhiid bimbingan dari AA' GYM... !!!''. ''HAAAAHH ???'' kami pun terheran-heran sambil melihat satu sama lain dan tidak bisa berkata apa-apa. Ternyata kami berada disitu cuman akal-akalan panitia saja. :(

Bandung

Wah... kali ini suasananya lain, karena manggungnya di luar Jakarta. Walaupun hanya mengisi dengan 1 tembang nasyid saja, namun perasaan sangat senang sekali. Karena kali ini kami manggung bersama Tim-tim Nasyid dari Bandung dalam acara yang diselenggarakan oleh MQ Coorporation, yang kalo gak salah temanya adalah ''Indahnya Kebersamaan'', yang bintang tamu utamanya adalah Kumpulan Nasyid dari Malaysia yaitu Hijjaz.

Pada tengah malam, kami sampai di Bandung setelah perjalanan melelahkan dengan Mobil. Acaranya akan berlangsung esok hari, maka kami pun menginap di rumah seorang kenalan.

Esoknya kamipun berangkat pagi-pagi sekali. Setelah sampai, teman-teman yang lain turun duluan. Sedangkan saya harus memarkirkan mobil saya. Setelah dari memakirkan mobil, saya pun mencari teman-teman yang lain. Lalu saya datangi dan menyapa satu panitia yang terlihat di depan mata.

Belum sempat juga ngomong untuk menjelaskan, malah ia mengajak saya masuk. Selagi masuk di belakang panggung, anehnya banyak orang menyalami saya sambil bersopan-sopan. Tak hanya panitia namun juga tim-tim nasyid asal Bandung juga ikut-ikutan. Salah satu tim yang saya tahu dari mereka, namanya Shoutul Haq, salah satu favorit saya neh.... tapi kok malah perlakuan ke saya ramah dan akrab banget yah.... bukannya saya yang harus senang ???.

Lalu setelah itu saya disuruh duduk dan disajikan konsumsi. Waduh bak serasa raja aja diperlakukan seperti itu. ''Hebat neh panitianya'' pikir saya.

Tiba-tiba terlihat salah satu teman tim saya dan menghampiri saya, yang dia sudah berlama-lama mencari saya ke sana ke mari. ''Wah kemana aja?'' katanya. ''Wah.... tadi gak ketemu seh... Eh malah disuruh ke sini sama panitia.'' jawab saya. Panitia yang berada di dekat kamipun spontan terheran-heran dan sambil berkata dengan lugunya: ''Mmm... Abang ini bukan salah satu personil dari Hijjaz yahhh???''. Walaaahhh... kamipun di sana jadi tertawa. Katanya wajah melayu saya kental sekali. :)

Pada saat kami selesai manggung dan turun. Sudah bejibun akhwat-akhwat menunggu dan menodong kami untuk memberikan tanda tangan, foto-foto bersama, sampai ngisi Diary mereka dan Curhat. Waduh... kok gini yah... belon juga Tim ini dikenal, tapi responnya bak Boys Band gini.... seureeeuuuuummmm... euy. Fanatik banget. :(

Pada saat akhir acara, semua Tim diminta tampil bersama-sama. Senangnya, apalagi bisa bersebelahan langsung dengan Aa Gym. :D

Rekaman Sample ke Malaysia

Kamipun bersiap-siap membuat Sampling untuk dilayangkan ke Telaga Biru lewat Bang Mujahid. Tidak mau berpikir lama, sayapun dipercaya untuk menyiapkan dari pembuatan tembang nasyidnya hingga sampai proses pembuatan Minus One.

Alhamdulillah ide ada aja, lancar bisa jadi 10 tembang nasyid. Dari itu semua, kami memilih 2 tembang yang akan dijadikan Sampling. Alhamdulillah teman-teman se-Band dulu ikutan bantuin bikin Minus Onenya. Lalu dimatangin oleh Tim Qudds, dengan menyumbangkan suaranya masing-masing, yang alhamdulillah dibantu oleh seorang kenalan yang mau meminjamkan Studio rekamannya.

Sampling kami akan disertakan bersama Sampling Tim Snada. Waduh... bersaing gitu sama Tim Senior neh.... Walhasil memang benar... Tim Snada yang maju duluan untuk album perdana di Malaysia. Tim kami pun harus bersabar menunggu giliran.
Sudah bertahun lamanya tak ada jawaban. Kamipun vakum untuk sementara, karena kesibukan masing-masing.

Sudah 3 tahun berlalu, saya yang di Jerman masih memegang CD Master Sampling kami. Dan kini hanya bisa mendengarkannya sendirian berulang-ulang.

Tembang Nasyid buatan saya pun sudah bertambah menjadi 20-an buah. Alhamdulillah di Jerman bisa juga dapat ide. :)

Namun dari itu semua, hari ini saya hanya bisa mengenangnya dan bersyukur atas kesempatan itu. :D

Sunday, February 12, 2006

I'm An Alien, But Not Alone !



Seperti pekan-pekan sebelumnya, Raga bertandang ke rumah Jiwa.

''Assalaamu'alaikum... Gimana kabar lo Wa ?'' sapa Raga yang melangkah masuk ke kamar Jiwa yang berada di komplek asrama mahasiswa TU Darmstadt.

''Wa'alaikumsalaam warahmatullaah... Baik alhamdulillah... Lo sendiri ?'' balas Jiwa yang sibuk di depan Komputer mengutak-atik Website pengajian komunitas muslim Indonesia di kota tersebut.

''Alhamdulillah... Baik Wa. Eh lo ngapain ? Deeeuuuu.... yang gak bisa jauh dengan urusan pengajian... hehehehe'' celetuk Raga sambil mengamati kerjaan si Jiwa.

''Iya dunks. Namanya juga buat komunitas kita bersama. Supaya silaturahim tetap terjaga dan kegiatan jalan terus.'' jawab Jiwa.

''Iya deh... Hehehehe... Mmmm... Tapi beneran neh Wa. Gw sebelumnya berasa banget jadi minoritas di Jerman ini. Sikap orang jerman yang dingin dan rasialis. Jadi orang asing disini malah selalu dipersulit... Dan lagi lo juga tau sendiri khan orang-orang Indo di sini juga rada-rada aneh dan ekslusif satu sama lain. Suka berantem dan sinis-sinisan. Pantesan aja PPI sebagai perkumpulan nasionalis gak jalan di Jerman ini. Anak-anaknya aja juga bukannya nasionalis, malah kejerman-jermanan. Trus ditambah lagi ada gerakan 'penyesatan'. Sarangnya seh !'' curhat Raga.

''Hehehe... makin berasa minor aja yah jadinya ?'' tanya Jiwa.

''Iyah... Tapi semenjak ada perkumpulan ini, gw jadi ada teman, apalagi seagama. Agama gw jadi makin terjaga dan kuat. Dan rasanya ada kemajuan yang baik dari amalan gw deh... Gw jadi lebih bisa bertahan untuk berjuang dan merasa aman dan nyaman untuk belajar. Gw makin punya motivasi yang baik dan selalu berpikir positif... Yah, beginilah jadi minoritas di negeri orang.'' lanjut Raga berkaca-kaca.

''Tapi Ga... Di negeri sendiri malah kita juga minoritas loh ! Karena yang menegakkan keislaman cuman segelintiran orang doang. Malah kita sering dianggap aneh.'' kata Jiwa.

''Iya juga seh... Mungkin kalo gw ketemu temen-temen lama gw di Indo, mereka mungkin ngejauhin gw, karena alergi. Temen-temen yang disini aja udah gak interest ama gw.'' kata Raga membayangkan.

''Gw pernah ngalaminnya Ga di Indo... , sebelon gw ke Jerman sini. Gw dibilang gak open minded, sok prinsip, muna', fanatik, ampe dibilang radikal. Mereka pada ninggalin gw. Well... Maybe i'm an Alien, but not alone ! Setidaknya gw masih punya true friends. Teman seperjuangan dan sepikiran... Trus kalo pun gw gak punya teman sama sekali... cukup Allah yang menemani gw... cukup Allah jadi Cahaya Kebenaran Hidup gw.'' kata Jiwa berapi-api.

''Waduh dalem banget tuh... Tapi istilah lo tadi gw suka banget. I'm an Alien, but not alone. Keren abiss !!!'' kata Raga mendukung.

''Jadi minoritas itu memang ada pelajaran dan manfaatnya Ga... Kalo kita konsisten dengan Islam, kita malah bisa menjadi diri kita sendiri yang sebenarnya dan yang seharusnya. Gak bakal terbawa dan ikut-ikutan doktrin arus tren dunia yang sudah menjadi umum.'' kata Jiwa.

''Maksud lo ?'' tanya Raga.

''Orang mayoritas yang sekarang pikirannya seperti ini... ; Ngapain juga bergantung pada sesuatu yang mengekang ? Tinggal ikutin aja yang sudah menjadi umum. Toh banyak yang beranggapan sama seperti itu. Toh banyak orang yang melakukannya. Ngapain juga merasa bersalah ??? '' kata Jiwa menjelaskan.

''Iya juga yah... !!!'' kata Raga tercengang.


Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw, beliau bersabda : '' Islam bermula dalam keadaan terasing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang terasing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu (Ghuroba).'' (HR. Muslim1/130)

“Berbahagialah orang yang terasing itu (mereka adalah) orang-orang baik yang berada di tengah orang-orang yang jahat. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada orang yang mengikuti mereka.” (HR.Ahmad
1/398)

"Bahagialah bagi orang-orang yang asing ; manusia yang sholih ditengah-tengah manusia yang rusak, yang memusuhinya lebih banya dari pada yang memusuhinya. Yaitu orang-orang yang berbuat ishlah (perbaikan) ketika manusia berbuat kerusakan. Tidak tinggal Al-qur'an kecuali hanya tulisannya, dan tidak tinggal Islam kecuali tinggal namanya" (HR Baihaqi)

'' Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila." Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran.'' (QS. 23:70)

''Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Qur'an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.'' (QS. 15: 6)

Saturday, February 11, 2006

Kamu Suka Nasyid Apa ? (Mohon dijawab yahhh !!!)



Coba deh kamu menjawab 4 pertanyaan di bawah !
Insya Allah berguna bagi saya maupun teman-teman munsyid lainnya.

1. Sebutkan 3 tim/ kumpulan nasyid ataupun solo yang kamu minati/ sukai ?
2. Kamu suka jenis nasyid apa aja ? (yg kamu ketahui aja)
3. Menurut kamu nasyid itu sebaiknya seperti apa seh ? (tema, penampilan, penyajian, atau lain-lain)
4. Suka dengerin nasyid dimana ? (Radio, Kaset, CD, Konser atau lain-lain)

Terima kasih atas jawaban kamu. :)

CAUTION: Jawabnya di menu COMMENTS di bawah. Tinggal Klik dan Isi.
JANGAN di Kotak CHAT BOX yah ! :)

Friday, February 10, 2006

Matinya Kreativitas ?



''Dan bila dikatakan kepada mereka: 'Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi', mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan'. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.'' (QS. 2:11-12)


Kreativitas adalah proses inovatif mewujudkan suatu ide menjadi nyata. Produk yang dihasilkan semata-mata untuk pemecahan masalah-masalah kemanusiaan. Tak dipungkiri ia berperan penting bagi kemajuan sebuah peradaban. Televisi, mobil, radio, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh hasil dari proses ini, yang telah mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi penggunanya (konsumen).

Namun apabila produk tersebut cacat dan tidak bisa dinikmati manfaatnya, maka akan mendatangkan kerugian bagi konsumen. Oleh karena itu perlu adanya controlling dan batasan-batasan (standarisasi dan etika) dalam proses tersebut, apakah produk tersebut layak digunakan atau tidak. Karena jika produk kreatif ini malah mendatangkan kerugian atau pengrusakan, maka ia tidak layak untuk dikonsumsi atau bisa divonis sebagai produk yang gagal.

Dengan itu, maka kreativitas memerlukan adanya tanggung jawab dengan menanggalkan egoisitas. Produsen harus bersikap secara bijak selama proses kreatif tersebut, dengan melihat faktor-faktor acuan terutama lingkungan dan kemanusiaan dan dampak-dampak yang akan ditimbulkan darinya, yang dihadapi kini maupun yang akan datang. Sikap berkreasi dengan penuh tanggung jawab inilah semata-mata sebagai bentuk perlindungan kepada konsumen. Jika konsumen merasa dirugikan, maka creatornya bisa dituntut.

Tetap hidupnya kreativitas dalam diri seorang arsitek walau dengan batasan

Sebagai seorang arsitek yang bergelut dengan dunia bangunan, tidak dengan segampangnya bersikap semau gue. Justru mereka dituntut secara bijaksana memecahkan persoalan dengan batasan faktor-faktor yang harus menjadi bahan perhatian, yaitu secara sempit: Lingkungan (fisik dan sosial-budaya), Manusia (aktivitas, fisiologi dan psikologi), dan Bangunan (teknologi dan keindahan). Namun betuk ''pengekangan'' ini sama sekali tidak membatasi gerak sang arsitek untuk bertindak kreatif. Justru batasan ini malah menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dicarikan pemecahannya. Mereka bermain dengan nyaman dilingkup ini untuk menghasilkan produk yang win win solution , fungsional namun juga indah.

Jika mereka egois dan greedy, maka tak heran walau seaneh apapun bangunan yang ia desain, malah tidak bisa dibangun karena secara ilmu sipil tidak masuk akal, malah tidak mendatangkan fungsi dan menjadi sia-sia, malah jika dibangun tidak bertahan lama dan gampang rusak, malah merusak dan mencemari lingkungan, malah menggusur pemukiman rakyat dan merusak tatanan dan struktur regional dan perkotaan, dan lain-lain sebagainya. Yang dihasilkan bisa jadi indah dan tiada duanya, namun lebih banyak tidak mendatangkan perbaikan dan manfaat.

Kreativitas dalam seni musik

Seorang pemusik pasti tahu, bahwa apapun aliran musik yang dibawakan, bagaimanapun aransemenya, apapun alat musik yang digunakan, ataukah bagaimanapun sang penyanyi berimprovisasi dalam membawakannya, namun harus tetap pada tune atau kunci nada yang ditentukan. Jika fals maka akan menjadi rancu dan rusaklah tatanan musik tersebut.

Namun sangat disayangkan para pemusik hanya berkutat pada tema-tema yang itu-itu saja, yaitu tema tentang ''cinta dua sejoli''. Bukankah ini bentuk ''pengekangan'' dan ''pemasungan'' kreativitas yang sangat nyata. Bukankah masih banyak tema-tema lainnya yang cukup luas jangkauannya dan sangat lebih bermanfaat, seperti tema kemanusiaan dan ketuhanan yang bisa diangkat untuk dijadikan sumber inspirasi untuk brekreasi. Seni malah menjadi pemuas nafsu, namun bukan pemuas hati. Aneh ?

''... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.'' (QS. 2: 216)


Beberapa contoh diatas menunjukkan, bahwa tidaklah benar jika batasan-batasan menjadikan kreativitas mati, apalagi batasan itu bersumber dari Sang Maha Pemilik Kebenaran dan UtusanNya. Justru manusia bisa lebih berkreasi didalam batasan tersebut, karena dengan begitu bisa ditemukan solusi yang lebih bijak. Dengan begitu pula kita bisa menghasilkan karya-karya yang mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi kehidupan manusia dengan rasa tanggung jawab yang besar, di dunia maupun di akhirat.

''Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.'' (QS. 14: 18)

''Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar mengahalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk''. (QS. 43: 37)


''Katakanlah: 'Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?'. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.'' (QS. 18:103-104)

Jika kreativitas secara bebas dipaksakan (kebablasan), maka yang dihasilkan bukanlah suatu kemajuan, namun justru benar-benar suatu kemunduran, karena sifatnya negatif. Maka kreativitas tanpa batas bukanlah suatu yang inovatif, melainkan egoisitas belaka. Egoisitas manusia sebenarnya hanyalah mendatangkan kesia-siaan bagi dirinya maupun diri orang lain, baik di dunia maupun di akhirat. Sungguh manusia hanyalah berkeinginan untuk memuaskan nafsunya semata.

* sebagai respon atas sikap-sikap beberapa pribadi yang menolak UU Pornografi dan Pornoaksi

Thursday, February 09, 2006

Dijewer Bule... Es tut so weh !



Perkuliahan di Uni Frankfurt sangatlah padat. Tak heran banyak Mahasiswa hilir mudik memenuhi pelataran Kampus tersebut.

Tampak Kendy murung, saat berjalan menghampiri Pasha yang kebetulan baru saja keluar dari Bibliothek.

''Sha ! Tau gak tadi gw barusan ama Stephan Schwarz.'' cerita Kendy.
''Ooo... Si Stephan Sang Muallaf ? Yang baru masuk Islam 6 bulan yang lalu itu? Yang udah nikah ama Wiewiek ? '' tanya Pasha.
''Ja, genau. Siapa lagi? Emang ada Stephan Muallaf yang laen apa ? Du hast einen Knall, oder was? '' jawab Kendy sambil mengernyitkan dahinya.
''Trus, kenapa lo jadi so verärgert ? Bete banget seh lo.'' tanya Pasha lagi.

''Nach der Vorlesung, kita pergi ke Mensa, sambil ngobrol macem-macem. Ampe ngomong tentang Islam. Trus dia nanya ini nanya itu tentang Islam. Secara allgemein, gw banyak gak bisa jawabnya. Eh malah dia yang jawab sendiri.'' cerita Kendy.
''Lo gak bisa jawab, karena lo gak tau, oder ?'' tanya Pasha.
''Iya, Keine Ahnung. Nihil !'' jawab Kendy lesu.
''Ya udah, Keine Sorge - lah. Yang penting lo jujur.'' tambah Pasha.
''Aber es ist doch so peinlich. Gw khan Muslim sejak jaman kapan dari dia. Malu banget lah !'' kata Kendy sambil menggaruk-garuk kepala.

Lalu Kendy melanjutkan ceritanya: ''Trus dia bilang gini: Kenapa seh anak muda Islam itu terutama orang Indonesia pemahaman tentang Islamnya kurang banget ? Dan sepertinya gak tertarik untuk belajar agama ? Kalian hanya ngerti sholat doang dan kadang bolong-bolong. Sudah, sampai segitu aja! Padahal ajaran Islam mulia sekali dan masuk akal. Kalian malah ingin kebarat-baratan seperti kami.''
''Was ? Dia bilang gitu ?'' kata Pasha kaget.

Lalu pembicaraan keduanya terhenti dengan jeda sesaat. Tampak mereka sedang berpikir dari pernyataan Stephan tersebut.

''Ach so. Iya seh. Auf jeden Fall kalo Muallaf itu lebih kenceng ngelahap semua tentang Islam. Ehrlich gesagt, mereka tuh bener-bener paham banget dan diamalin banget semuanya daripada kita-kita yang Islam karena turunan dari Bo-Nyok.'' kata Pasha melanjuti.
''Iyah makanya. Gw berasa banget neh dijewer. Dijewer Bule malahan. Es tut so weh !'' kata Kendy sedih.

''Aber nicht so schlimm, oder ? Namanya juga ini sebuah peringatan buat kita. iya gak ?'' kata Pasha membakar semangat Kendy.
''Iyah kita musti kämpfen. Berjuang untuk membuktikan Stephan kalo kita juga layak juga disebut Muslim. Be Yourself, which means be a Moslem !'' kata Kendy ikutan semangat 45.
''Yoi banget. Tapi Dy. Kok lo pake ngenglish gitu jadinya ?'' tanya Pasha.
''Hehehe... Entschuldigung ! Soalnya nanti gw ada Mata Kuliah Bahasa Inggris. Makanya gw kudu muter otak gw dulu dari Deutsch ke English.'' jawab Kendy terkekeh.

Mereka berdua pun tertawa lepas sambil berjalan menuju Fachbereich masing-masing. ''Aber trotzdem, Pada nyadar gak seh udah masuk Sholat Ashar ? Kenapa gak sholat dulu ? Haloo ? Jungs ? '' dalam hati Penulis bertanya. :)

* Mensa=Kantin Mahasiswa/Kopma (Koperasi Mahasiwa)
Bibliothek=Perpustakaan
Fachbereich=Fakultas
yang lain cari sendiri yah :P

Monday, February 06, 2006

Akan Kemanakah Hati Kita, Kala Rasul Dihina ?



Umat Islam sedang tenggelam dalam kesedihan, ketika tersebar pelecehan terhadap sosok manusia yang paling dikagumi dan dicintai dalam sebuah bentuk Karikatur. Tak hanya berupa Pe-''Rupa''-an, namun juga isi karikatur tersebut.

Dari agama-agama di dunia yang saya kenal, Islamlah yang melarang pe''Rupa''an Tuhan dan Nabi. Hal ini semata-mata hanyalah menghindari dari perbuatan ''Syirik'' terhadap sesuatu kebendaan yang dijadikan ''berhala'' ataupun benda tersebut hanya sekedar menjadi ''media'' penyembahan sekalipun.

Yang lebih menyakitkan lagi adalah isi Karikatur tersebut. Di mana Islam digambarkan sebagai agama ’’Bar-bar’’ yang semata-mata mengajarkan ’’kekerasan’’. Saya tidak ingin menjelaskan lebih lanjut bagaimana isi karikatur ini, karena benar-benar menyakitkan.

Berbagai respon pun berdatangan. Umat Islam di berbagai negara tidak tinggal diam dan meminta kejelasan dan permintaan maaf dari ’’Biang’’nya. Namun yang diharapkan tak kunjung datang. Malah sang Biang berlindung dengan dalih ’’Kebebasan Pers’’. Hal ini malah memicu gerakan pemboikotan. Dan gerakan ini terlihat nyata dan efektif hasilnya, dimana sang Biang benar-benar dipeloroti dan semakin ’’paranoid’’. Entah permintaan maaf yang bagaimana yang akan dilontarkan dari kubu sang Biang, yang memang benar-benar ’’Penjual Kayu Bakar’’ ini.

Dari kejadian ini banyak respon yang menjadi pelajaran, baik dari kalangan Islam maupun Non Islam. Sungguh masyarakat dunia sedang diuji.

Respon 1 (Masyarakat Dunia Non Islam):

Masyarakat dunia sedang berpikir dan akan semakin tahu. Kenapa dalam agama Islam selain agama lain, Tuhan tidak di ''rupa'' kan ? Kenapa umat Islam begitu ''sensitif'' jika sang ''tokoh'' yang dicintai dilecehkan, beda dengan mereka yg selalu melecehkan agama mereka sendiri di dalam bentuk karikatur maupun Film ?

Sungguh mereka akan berpikir. Mengapa begitu teguh ajaran Islam dipegang oleh umatnya ?

Sungguh mereka akan berpikir. Begitu logisnya dan benarnya agama Islam ini. Mana mungkin Tuhan di''rupa''kan ? Bagaimana mungkin ''tokoh'' yang dielukan dilecehkan dan dijadikan ''joke'' ? Sama halnya seperti: Salah satu anggota keluarga atau saudara saja jika dilecehkan, anggota yang lain pastilah ikut membela. Itulah bentuk solidaritas.

Sungguh mereka akan berpikir. Perbedaan yang nyata antara agamanya dan agama Islam. Sungguh mereka sedang berpikir dalam ''keraguan'' diri sendiri.

Respon 2 (Umat Islam):

Bagaikan Sebuah ''Kebakaran'' terjadi di sebuah lingkungan. Ada yang bersiap2 mengambil air. Ada yang siap2 menyelamatkan harta dan keluarga. Ada yang tertidur kembali karena merasa api masih jauh dan yakin takkan sampai. Siapakah yang akan merugi jika api itu membakar lingkungan tersebut seketika ?

Sungguh ''Sensitifitas'' umat Islam sedang dicoba oleh Allah. Apakah kita hanya tinggal diam dan tertidur pulas, sedangkan indera kita sedang mati rasa pada saat itu ? Kapankah kita ''bangun'' dan bangkit bersama-sama bersatu ?

Sampai manakah batas kesabaran dan toleransi kita ? Padahal batas toleransi kita adalah Aqidah. Jika sudah dilanggar. Kita sungguh wajar dan wajib melakukan ''fight back''.

''Boikot'' hanyalah salah satu tindakan umat islam di dunia yang patut diacungi jempol. Namun kita yg berada di indonesia harus malu. Seharusnya kita melakukan sesuatu, walau bentuknya tidak berupa ''boikot'' sekalipun, walau bentuknya tidak menunjukkan ''kekerasan'' sekalipun.

Ayo tunjukkan... rasa cinta kalian terhadap agama kalian !!! Sungguh ''sensitifitas'' dan ''solidaritas'' kita sebagai seorang muslim sedang diuji.

- Hasil diskusi dengan seorang teman ''spiritual'' dan reply-reply MP sobat penulis -

Wednesday, February 01, 2006

Semua Orang Butuh Teman ''Spiritual''


Dulu hidup Fadli tak punya arah dan tak punya makna. Hanya bisa mengikuti arus pergaulan dunia tanpa batas. Hingga kegamangan melanda dirinya. Ingin berhenti dari bermain-main. Seperti ada kekosongan yang perlu dilengkapi. Berkata hatinya: ''Sungguh diri ini butuh bimbingan. Sungguh diri ini butuh Lingkungan yang optimistik dan motivatif. Sungguh diri ini butuh teman-teman ''spiritual''. ''

* * *

Lalu kesempatan untuk berubah pun datang. Fadli ditakdirkan aktif di sebuah organisasi kecil berupa Remaja Masjid. Bahagia sekali rasanya bisa mengenal dekat agama. Bahagia sekali rasanya ia dipertemukan dengan teman-teman ''spiritual'', yang selalu menasehati dan mengajaknya melakukan kebaikan. Masjidpun menjadi tempat pergaulannya yang baru. Satu demi satu kebutuhan ruhiyahnya terpenuhi. Kini ia merasa hidupnya semakin jelas, bahagia dan bermakna. ''Alhamdulillah !''.

* * *

Lalu datang saatnya menanggalkan masa lalu. Terbesit untuk meninggalkan kebiasaan lama. Berkurang perjumpaannya dengan pergaulan dulu. Ingin ia korbankan teman-teman terdahulu menjadi kenangan di belakang.

Satu demi satu benturan pun datang menjumpai. Masa lalu ternyata tak bisa hilang dalam sekejap. Beberapa dari teman-teman terdahulu kadang masih setia menyapa Fadli, walau mereka tahu ia mulai berubah. Mereka ternyata menerima diri Fadli apa adanya. Karena tanggung jawab sebagai seorang teman, terpaksa ia pun membalasnya.

* * *

Namun ada sesuatu yang lain dirasakan Fadli. Pergaulannya dengan mereka malah tidak seperti biasanya. Ia seakan-akan menjadi tempat konsultasi mereka. Tempat bersandar berbagai pertanyaan dan problematika mereka. Pada mulanya ia tercengang atas pertanyaan dan pernyataan polos terlontar dari mulut mereka: ''Eh... Gw belon bisa baca Qur'an neh, mau ajarin gw ngaji gak ? Gw pengen banget deh. Gw serius neh.'' kata si Madi. ''Eh... Gw sayang banget ama cewek gw. Dosa gak seh kalo gw ama dia 'ML' ? '' kata si Faiz. ''Aduh gw gak kuat neh puasa. Boleh gw batalin gak ? Gantinya gimana ?'' tanya si Ata. Gw mo lamar si Juli. Nah, makanya gw mo masuk Islam. Gimana caranya tuh ?'' kata si Gerald. ''Eh.. Gw mohon Si Dina dikasih tahu dong ! Tuh.. Dia mesra banget pacarannya sama si Adi. Terbuka di depan orang-orang lagi. Dina khan pake jilbab. Gak pantes aja di mata orang-orang.'' kata si Cici yang bukan ''Jilbaber''. ''Bokap gw keras banget deh orangnya. Kayaknya gw gak dipeduliin, gara-gara gw males sholat. Gimana yah ? Gw gak mau benci ama bokap gw neh.'' kata si Rando. ''Ini boleh gak ? Itu boleh gak ? Ini haram yah ? Ini halal gak seh ?'' kata si Tita.

Namun Fadli masih merasa belum mampu dan belum pantas meladeninya. Akhirnya dengan pengetahuan yang ada, ia coba saja dengan penuh kehati-hatian dan dengan pendekatan logika yang bisa mereka terima. Kadang mereka bisa terima dan kadang tidak. Ini yang membuat Fadli agak berat. Apalagi jika argumentasinya malah jadi panjang.

Hal ini malah membuat Fadli makin ingin belajar agama lebih mendalam dari sebelumnya. Setiap materi pengajian dan referensi-referensi buku agama ia coba cerna. Dia pun tak lupa banyak-banyak berdiskusi dengan teman-teman ''spritual''nya. Dan dia tidak merasa malu untuk bertanya dan belajar kepada seorang Ustadz tidak secara formal, hanya semata-mata untuk menambah pengetahuannya tentang agama. Tiada kata terlambat terbesit dalam hatinya. walau merasa jauh tertinggal dan banyak yang harus dipelajari. Bukankah mencari ilmu itu hingga akhir hayat ?

* * *

Di suatu saat, entah mengapa setiap kehadiran Fadli di tengah-tengah teman-temannya membuat kebiasaan buruk mereka tertahan. Setelah ia meninggalkan mereka, tiba-tiba mereka kembali melakukan kebiasaan buruk itu. Di suatu saat, entah mengapa mereka bisa memahami dan kadang mengurungkan niatnya, pada saat Fadli menolak ajakan mereka untuk jalan-jalan atau melakukan sesuatu yang menurutnya tidak baik. Lalu pada saat Fadli dihardik oleh seorang dosen perempuan, karena tangannya tak bersentuhan dengan tangan dosen tersebut pada saat bersalaman. Dosen itu mencelanya ''Kafir'' dan ''Sesat'', padahal dosen itu mengenakan jilbab. Setelah kejadian tidak mengenakkan itu, teman-teman Fadli lalu menenangkan dirinya. ''Sabar..sabar.. Dia gak tau kale apa yang lo tau. Maklumin aje die, mungkin dia baru belajar. Kita seh gak papa. Lo khan ustadnya kita-kita... heheheh.'' kata mereka mencoba menghibur.

* * *

''Ada apa ini ? Apa yang sedang terjadi ? Kepercayaan apa yang mereka berikan kepadaku ? Apakah aku telah menjadi orang hebat ?'' berkata hati Fadli. ''Tidak, semua itu adalah dari Allah semata. Dialah yang berkehendak dan Dialah juga yang berkuasa.''.

Fadli pun tersadar. Ternyata mereka itu sama halnya dengan dirinya. Butuh bimbingan. Butuh Lingkungan yang baik. Butuh teman ''spiritual''. Ya, semua orang di dunia butuh teman ''spiritual'' untuk bermotivasi menjadi baik. Tempat bersandar untuk belajar mengenal agamanya dan mencintai Allah. Akhirnya, hingga saat ini Fadli masih tetap berteman dengan mereka.