Saturday, December 31, 2005

Ketika Sapa Tak Berbalas

Senangnya diri, tak sekedar menyapa orang pada tiap pertemuan, namun juga menanyakan kabar terkini darinya hinggapun pernah bertamu ke rumahnya. Mataku menatap serius sambil bibirku tersimpul senyum mendengarkan tutur kisah bersemangat yang menyenangkan hati dari mulutnya. Alhamdulillah... moga engkau selalu diberi kebaikan oleh Allah di tiap langkahmu, wahai kawanku.

Lalu jenuh menjumpaiku di tiap-tiap pertemuan terakhir. Entah mengapa diri ini lelah dan berat dari kebiasaan itu. Setelah kutersadar dari tiap ketulusanku, semenjak seorang kawan menyapaku dan bertamu ke rumahku . Bahagia sekali rasanya dari kehadirannya yang memang sudah lama tak ada sosok lain selain diriku di rumah ini. Sudah lama rasanya telinga ini pekak tak kenal pertanyaan-pertanyaan darinya yang menyenangkan hati. Sungguh sudah lama kurasa hingga kesedihan memecah kalbuku. Sungguh sudah lama sapaku tak berbalas. Manjapun memagut erat-erat hingga menghasutku. Adakah yang menanyakan kabarku ? Seberapa sering ?

Lalu akupun datang mengadu kepadaNya. Namun tak lama sesudahnya menerawang pikiranku tentangNya. Sudah jarang kiranya aku tak rajin menyapaNya di tiap shalatku, yang terlihat pada tiap shalat-shalat sunnahku yang makin berkurang jumlahnya dan ketidak khusuknya shalat fardhuku. Sudah jarang mataku menatap serius dengan senyum simpul dibibirku mendengarkanNya di tiap bacaanku. Sudah lama kiranya ibadah-ibadahku lainnya makin lambat laun akhir-akhir ini memudar. Sudah tak sesering biasanya aku tak bertamu ke rumah-rumahNya dan ke tiap majelis-majelis yang dirahmatiNya. Alpaku ternyata mendatangkan alpaNya. SapaNya yang suka Ia berikan di tiap nikmat, sudah lama tak pernah kubalas. Dia jualah yang selalu mendengarkan kabarku di tiap-tiap doa yang kupanjatkan. Betapa hinanya aku hingga terlalu berharap sapaan orang lain. Astaghfirullaahal 'azhiim. Adakah aku menanyakan kabarNya ? Seberapa sering ?

- satu langkahku, seribu langkahMu -

Thursday, December 22, 2005

Malu Bertanya Sesat Di Jalan... Banyak Bertanya Menyesatkan Pula...

-Janganlah berkekurangan dalam beragama, apalagi berlebihan-

Dalam mencari ilmu, cara kita mencari tahu salah satunya adalah bertanya pada ahlinya. Seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya, seorang petani kepada insinyur pertanian dan lain-lain. Bertanya seperti ini dikarenakan tingkatan pengetahuan yang dikuasai. Yang belum tahu bertanya kepada yang sudah tahu. Namun kadangkala berbeda antara orang yang ingin belajar untuk tahu dengan orang yang hanya sekedar ingin tahu saja. Orang yang ingin belajar cenderung mengikuti saja ''kurikulum'' yang disajikan dalam proses pengajaran tanpa banyak bertanya, karena wajar mereka belum tahu ''bahan materinya'' - yang hal ini tentu tak pantas dianggap sebagai ''doktrin'' yang sering dituding ''orang-orang miring''. Mereka justru bertanya hanya sekedar meminta untuk diulangi tentang hal yang sedang dipelajari karena kurang menangkap pelajaran. FYI, orang yang belajar tanpa banyak tanya ini justru tingkat kepemahaman mereka lebih baik dan menyeluruh daripada orang yang bertanya hanya sekedar tahu dengan kepahamannya yang sepotong-sepotong saja. Lucunya orang yang baru tahu sedikit sudah belagak ahli tafsir !!!... oooppsss!!! kok jadi melenceng yah tulisan ini... maaf :D

Kembali ke topik tentang bertanya. Tentu saja kita tidak bisa sembarangan bertanya. Apalagi bertanya kepada seseorang yang bukan tempatnya untuk bertanya atas pertanyaan kita. Nabi pernah ditanya tentang seekor unta yang hilang oleh pemiliknya. Lalu pernah beliau ditanya tentang nama ayah dari seseorang. Wajar saja muka sang nabi jadi memerah setelah ditanya seperti itu. Memangnya nabi itu seorang cenayang atau ''Information Center'' atau sebuah ''Bank Data'' ? Padahal kita tahu nabi adalah tempat sebaik-baiknya bertanya, tapi bukan berarti beliau tempat bertanya segala macam pertanyaan, semacam cara bercocok tanam kurma dengan stek dan kasus-kasus lainnya. Untuk masalah yang berhubungan dengan keislaman, nabilah tempat yang paling afdhol dan paling tepat untuk bertanya.

Namun bertanya bisa menjadi sebuah penyakit. Pernah seorang sahabat nabi (saya lupa namanya) pernah ditanya seseorang muslim tentang hal-hal yang berhubungan dengan agama. Sekali ditanya lalu beliau menjawab... ditanya lagi oleh orang itu lalu beliau pun menjawab... dan seterusnya hingga tak tertahankan lagi... sang sahabat nabi ini lalu mengambil pasir dan dilemparkannya ke penanya itu seperti melempar kerikil ke setan. Kenapa seperti ini? Kasus ini menunjukkan bahwa janganlah bertanya tentang keagamaan yang sudah jelas duduk perkaranya. Karena ini akan mengundang perdebatan panjang. Yang tentu saja hal ini menyebabkan kesusahan diri sendiri apalagi kesusahan bagi si tempat bertanya. Karena sebuah pertanyaan temannya adalah sebuah keraguan. Makin banyak bertanya, makin membuat ragu keduanya dan makin menyesatkan keduanya.

Banyak bertanya malah lebih meyesatkan. Tidak tanggung-tanggung, tak hanya si penanya dan si penjawab saja yang jatuh, malah orang-orang disekitarnya dan publik seluruhnya ikutan jatuh juga. Inilah penyakit-penyakit yang sudah lama muncul dipermukaan apalagi akhir-akhir ini sejak jaman ''reformasi'' berkibar. Terpantiklah lontaran api pertanyaan-pertanyaan terhadap hal-hal yang sudah jelas adanya, hanya untuk mengundang perdebatan kusir yang penuh dengan retorika saja, supaya bisa disebut '' intelek'' di depan publik dengan pemikiran-pemikiran yang sok ''mutakhir''.

QS.5:101
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan kepada nabimu hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Alquran itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan(kamu) tentang hal-hal itu. Allah maha pengampun lagi maha penyantun"

Wednesday, December 21, 2005

Ninggalin sholat berarti ''Kafir'' poy ???

''Emang bener??... kalo ninggalin sholat fardhu... berarti kita kafir poy???'' tanya temanku.
''Iyah... em em... ninggalinnya itu sama saja dengan kita tidak ta'at dan juga tidak mengakui Allah... ninggalinnya secara sengaja dan sadar tapi... kalo gak sengaja... misal karena ''uzhur'' - yaitu pingsan ato koma, tidur, dan kata beberapa ulama juga sepakat kalo lupa juga karena konsentrasi terhadap sesuatu pekerjaan- maka kita bisa menggantinya ato mengqadha'... lain lagi halnya kalo kita dalam perjalanan minimal 81 km kita boleh menjama'nya... tapi ingat itu kita pada saat ''bergerak'' terus... kalo sudah ''berdiam'' dalam kurun waktu yang lama, maka sholat gak bisa dijama' lagi..... jadi kayak kita sekarang ini di luar negeri... karena sudah lama berdiam di kota ini... gak ada lagi alasan untuk menjama' sholat... trus lo juga kudu hati-hati... orang-orang suka ketuker mana saatnya bisa diqadha' dan mana saat bisa dijama'... '' jawabku.
'' Hoooooo... walaaaah !!'' temanku kaget.
''Trus kalo yg sholat gw yg bolong-bolong itu gimana dong? bisa diganti gak yah? '' tanyanya lagi.
''Gak lah... berarti lo kafir hihihihih'' jawabku.
''Ah jangan gitu dong lo.... '' semakin takut dia.
''Kalo lo dah ninggalin kayak gitu... ampe bolong-bolong segala... mending banyak-banyak tobat deh... minta ampun tiap doa lo terutama setelah sholat.... trus perbanyak sholat-sholat sunnah.. dan banyak-banyak sedekah. '' jawabku lagi menenangkan pikiran temanku ini.
''Gitu yahhh...'' pikirannya menerawang ke masa lalu.
''Ya udah... rajin-rajin ikut pengajian... insya Allah dapet ilmu dan manfaat... trus FYI... kalo lo mo tau lebih lengkap tentang yang tadi... lo tanya ahlinya aja... tanya ustad... maklum gw bukan ahli Fiqh... jadi gw cuman jawab apa yg gw tahu aja... bisa jadi ada yang kurang dan bisa juga ada yang lebih... '' kataku.
''Iya gapapa... thanx udah lo jawab pertanyaan gw'' jawabnya tersenyum.
''Ninggalin puasa ramadhan dengan sengaja... berarti kafir juga loh.... !!!'' kataku sambil tersenyum.
''Huuuuuaaaaaaaaaaaaa.... belon sholat gw trus puasa gw juga... nebusnya gimana neh ???'' makin ''parno'' temanku ini.

Monday, December 19, 2005

Takut Salah Tulis atau Tulis Salah ?

Hari ini aku membaca komentar di blog tetangga, yang berisi: orang takut memulai menulis karena takut tulisannya dianggap jelek. Aku tergelitik membacanya. Memang benar komentar teman saya ini. Tapi saya jadi berpikir, ''bagaimana dengan seorang yang sudah mulai menulis, apa yang dia takutkan ? ''. Mana yang lebih ditakutkan seorang penulis: Salah Tulis ataukah Tulis Salah ?
Tak semua penulis punya pengetahuan mengenai standard penulisan. Jadi kadang susunan tulisannya tidak teratur. Apakah salah ? Menurutku tidak, karena kalau kita mencoba untuk membaca dengan seksama, mencoba mengerti penuturan tulisannya dengan kerendahan hati, kita pasti tahu apa sebenarnya isi tulisan yang ingin disampaikan oleh penulis tersebut. Kadangkala kita harus beradaptasi dengan model tulisannya, hingga kita mengerti inti tulisannya.
Lain halnya pada seorang penulis yang mencoba kreativ, bebas berekspresi, mencoba kontroversial, yang jauh melenceng dari norma kehidupan masyarakat. Tulisannya membuat gerah pembacanya dan kadang meyesatkan. Dan iapun tidak ambil pusing bagaimana tanggapan pembacanya, karena ia tidak merasa bertanggungjawab dampak dari tulisannya itu.
Mana yang lebih baik: Salah Tulis atau Tulis Salah ? Aku seh cenderung tidak ingin menulis yang ''salah'' daripada cara penulisanku yang ''salah''. Bagaimana menurut kamu ?

Saturday, December 17, 2005

''Dia'' masuk surga gak seh poy ?

Duh... pertanyaan ini berulang terus dimanapun sedang bertemu dengan teman-temanku. Agak males juga menjawabnya. Agak sensitif untuk dibicarakan.
Tapi cerita dibawah ini adalah fiktif yang diambil dari kisah nyataku dengan tambalan-tambalan. Cerita ini hanya mengingatkan kita bersama, termasuk saya juga. Moga bermanfaat.

'' Poy.. poy.. temen gw baik banget deh... tapi dia ''non''...... orang ''non'' itu masuk surga gak seh poy ?'' tanya temanku.
'' Enggak'' jawabku tegas.
''Kalo dia orang baik... kenapa enggak ?'' tanyanya lagi.
''Enggak jaminan'' jawabku lagi sambil menahan kata ''K'' untuk sebutan mereka.
''Khan akhlaqnya baik poy... khan sama aja ama kita'' semakin tinggi suaranya.
''Gw lebih suka istilah ''moral'' daripada ''akhlaq''... kalo moral emang kesepakatan manusia... kalo akhlaq dasarnya aqidah.... aqidah aja udah beda... apalagi akhlaqnya... walau moral kita ada yang sama baiknya'' jawabku hati-hati.
Terdiam temanku makin muram dan bingung.
''Terus gimana dong.... khan kasian... '' katanya sedih.
''Emang seh... sayang banget orang-orang baik tapi gak masuk surga... makanya sudah selayaknya elo ngajak dia ke dalam islam...'' jawabku menggurui.
Terdiam dia lama karena kaget dengan jawabanku itu yang tak terpikirkan sebelumnya.
'' Iya yah... tapi apalah gw... muslim yang jarang sholat gini dan gak begitu kenal agama gw sendiri... ngenalin dia agama gw ke mereka... khan aneh... gw muna' dong... karena nyatanya gw juga bukan muslim yang baik'' jawabnya murung.
Kali ini aku yang terdiam. Dalam hatiku berkata dengan sangat malu ''Gw aja kok gak ada kemauan ''menjaga'' agama islam temen gw ini yah ??? padahal dia khan temen dekat gw... sudah selayaknya gw mengajak temen gw supaya rajin sholat dan kenal dengan agama kami''.
''Ok deh... bentar lagi sholat ashar... mo bareng ke mesjid ?'' sambilku tersenyum.
''Sholat yah.... nggggg....'' menunduk dia.
''Yeeeeeeeee.... gimana seh.... ninggalin sholat dengan sengaja dikenakan eksekusi sebagai kafir loh....'' kataku.
''masak.... walah'' jawabnya kaget.

- Dakwah dimulai dengan kerabat terdekat, panggil mereka kembali kepada Islam.
- Berislam dengan Akhlaq dan Amal Ibadah menuju Rahmat Allah.... itulah yang utama.

Wednesday, December 14, 2005

Virus Gosip...Gosip...Gosip...!!!

(Koleksi Puisi 2004)

Kebencian darimanakah datangnya
Tersebar hiperbolik turut nafsu menyerta

Tertanam dipendam dalam dendam
Terambat cepat melekat pekat berkarat

Dari ujung hingga pangkal corong terus berderetan
Dibelakang terhunus tajam pekikan perihnya suara

Gaduh... mengaduh... riuh.... keluh....
Kejepit.... terhimpit.... sempit..... sakit....

Aaaaaaaahhhhhkkk... isak... sesak.... pekak.... bengkak...

Huhuuuuhuuuuuuu.... pilu... sendu... biru.... bisu.....

Sadarkah wahai tiap-tiap ucapan yang tak berguna
Kejamnya kau ancam tiap langkah damainya perasaan

Di manakah ucapan kebaikan penuh visi
Di manakah perlakuan penuh yustisi

Kasih sayang tertinggal dibelakang hanya ilusi
Apakah harapan ini tinggal teori tanpa realiti

Bangunlah Khalifah

(Koleksi Puisi 2004)

Dimana khalifah itu yang hilang
Penantian terukir di tiap lamunan
Lunturpun apa yang harus dilakukan
Lalai dan lupa di arus kala yang terbuang

Sadarlah dan hentikan pencarian itu
Khalifah bersemayam pada tiap-tiap insani
Engkaulah khalifah bermula bagi dirimu
Engkaulah berikutnya bagi lainnya lagi

Tiap amal dan santun lisan dan tingkah lakumu
Tiap kendali nafsu dan koreksi dirimu
Tiap jujur ikhlas teladan dan tahumu
Tiap ta’at takut dan syukurmu

Bangunlah kau tiap-tiap khalifah
Pimpin dan tegakkan Islam berawal bagimu
Bukan hanya alunan kembang tidurmu
Walau saat ini wujudnya tanpa batas tanah

Iri

(Koleksi Puisi 2004)

Alangkah buruknya hati karena iri
Iri akan harta, tahta, kecantikan, kemasyuran
Iri ini tanda tak pernah bersyukur
Iri ini tanda buruk sangka pada yang Maha

Alangkah baiknya diri karena iri
Iri akan ibadah, ilmu, akhlaq yang hasan
Iri ini tanda berakal dan berumur
Iri ini tanda cinta pada yang Maha

Tak selamanya iri ada baiknya
Tak selamanya iri ada buruknya
Hanya nafsu yang butakan
Hanya benci yang dustakan

Tebaran Senyum


(Koleksi Puisi 2004)

Adik kecil tersenyum ceria
Polos dan tulus nian
Sedang bahagiakah dia
Atau dia sedang bahagiakan

Dunia neraka bagi si pengiman
Terasing terkucil tak ada peduli
Senyum melukis wajah cinta Tuhan
Sepi sendiri hilang terganti temani

Senyum dariku senyum darimu
Curahan rasa cinta dan syukur ini
Hati ini terairi segar tenangi
Cengkraman yakin makin kokoh membatu

Sunday, December 04, 2005

Motivasi Seorang Muslim

Pasang surutnya diri dalam menjalani kehidupan adalah hal yang lumrah.

Namun sekarang bagaimana kita pada saat surut tidak terseret jatuh semakin dalam ? Bagaimana menjaganya ?

Jawabannya adalah: Niat dengan hati yang bersih. Niat yang tidak disertai hasrat / nafsu. Kita harus mampu membedakan mana itu hati mana itu hasrat. Karena keduanya dekat dan tipis untuk dibedakan.

Bagaimana supaya niat kita tetap bersih ?

Jawabannya adalah: Iman kepada Allah, yakin segala kehendakNya adalah baik untuk kita melalui tuntunan cahayaNya, dan selalu setia menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya

Bagaimanakah menjaga iman kita ?

Jawabannya adalah: Keikhlasan dan Keta'atan kepada Allah, bahwa hanya Allah tempat kita berlindung dan bersandar atas segala persoalan.

Bagaiman menjaga ikhlas dan ta'at itu ?

Jawabannya adalah: Kesabaran atas segala persoalan, baik itu 'duri' (cobaan) maupun 'tebu' (nikmat). Sadar bahwa keduanya adalah 'Teguran' Nya, dan keduanya adalah 'Kasih Sayang' Nya kepada hambaNya

Bagaimana menjaga Kesabaran kita ?

Jawabannya adalah: Prasangka baik (Husnuzhon) kepada Allah dan Berserah diri (Tawakal) kepada Allah.

Allah akan berkehendak baik pada kita, jika kita berprasangka baik kepada Allah dengan yakin sepenuhnya, bahwa segala sesuatupun nanti hasilnya adalah baik dari Allah.

"Ana ‘inda dzanni ‘abdi bii" : Aku bersama dengan persangkaan hamba-Ku (Hadits Qudsi)

Kita harus sadar, bahwa segala apapun usaha/ upaya yang baik dan bersih dari kita adalah yang dinilai oleh Allah. Keberhasilan akhir itu adalah kehendakNya, apakah kita pantas sukses ataukah gagal, karena Allah lah yang tahu betul kemampuan kita saat itu. Justru keduanya bisa jadi kebaikan buat kita. Ternyata apa yang menurut kita baik, belum tentu baik buat kita, karena Allah lah yang tahu yang baik buat kita.

''... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui'' (QS 2 : 216)

Maka janganlah berputus asa dalam kebaikan - dimanapun dan kapanpun - dengan berpegang teguh pada kebenaranNya. Itulah kelebihan motivasi seorang Muslim untuk bertahan dalam kehidupan dunia. Secara umum motivasi yang tahan banting dari seorang muslim adalah Allah, Allah adalah motivasi kita.

Mintalah selalu petunjuk melalui setiap ibadah-ibadah kita, supaya dibimbing ke jalan yang lurus, supaya hati kita dihindari dari pembolak balikan.

Wallahu a'lam bishowab

Thursday, December 01, 2005

Dunia Kerja Penyebab Terlantarnya Perhatian ke Anak

Kini di Indonesia banyak film yg menayangkan realitas lika-liku remaja indonesia khususnya di Jakarta. Kompleksnya masalah remaja kita diceritakan karena disebabkan kurang perhatiannya orang tua pada anak. Para remaja mengalami penyimpangan kepribadian dalam pencarian ''kasih sayang'' sebagai pelampiasan untuk melengkapi kebutuhannya yang kurang itu.

Hal ini membuat saya geram, karena tak 100 % orang tua yg menanggung kesalahan tersebut. Karena dunia kerjalah yang menyebabkan orang tua kita jarang di rumah dan menghabiskan waktunya di luar rumah untuk sebuah tender di luar kota atau atau disebuah diskotek dll. Dunia kerjalah yang membuat para orang tua menjadi materialis dan hedonis. Dunia kerjalah yang merusak akhlaq orang tua. Karena diperbudak dunia kerjalah generasi remaja menjadi korban. Yang tadinya orang tua harus mengurus anak-anak, malah harus mengurus kebutuhan sang ''anak besar'' (atasan mereka). Oleh karena itu, salahkanlah juga dan proteslah perusahaan-perusahaan dimana orang tua bekerja.

Kita harus sadari, bahwa sistem perusahaan yg ada menganut sistem ''Kapitalis'' yang bisa merenggut waktu para pekerjanya. Kita dituntut untuk bersaing dan berkarir serta, naudzubillah min zalik, harus berbuat maksiat dan kotor, memberikan segalanya hanya supaya menjadi ''orang sukses''.

Hal ini harus diketahui anak-anak remaja sekarang, supaya menasehati orang tuanya jangan diperbudak oleh pekerjaannya, dan bahwasanya sang anak tidak menuntut lebih berupa material sebagai lambang ''kasih sayang'' dari orang tua. Hadirnya orang tua di rumah lebih banyak adalah cukup bagi sang anak.

Sistem Kapitalis ini memang sudah merambah di segala sendi-sendi kehidupan kita. Tak hanya orang tua, anak-anak pun juga menjadi budak dari pencernaan melalui media-media, produk-produk, dll yang ''gemerlap''. Saking tak dapat perhatian dan kontrol dari orang tua, tak sedikit anak-anak remaja menjadi glamour materialistis, ''famous wannabe'' dan memiliki insting bersaing yang ''mengerikan'', yang hanya untuk mendapatkan sebuah ''perhatian'' dari dunia luar rumah yang tidak ia dapatkan di rumah.

Mengubah sistem yg sudah mapan ini memanglah berat. Namun jika kita mulai dari diri sendiri dan keluarga, Insya Allah, kita bisa mengubah dunia kerja menjadi lebih baik seimbang porsinya untuk keluarga. Agamalah kuncinya. ''Berhentilah makan sebelum kenyang'', prinsip inilah salah satu yang harus kita pegang.

Saturday, November 19, 2005

Melangkahku Tak Sendirian


Hidupku pasang surut
Di arus yang kuturut
Terbawa hingga lupa sadarku
Terbawa kepusaran angkuhku

Ku yang dulu tak pernah punya sahabat
Sahabat yang dekat siap mengangkat
Ku yang tak pernah kenali diri
Diri yang siap mengarahkan kaki

Berlayarku akhirnya mencoba-coba tahu
Mencari tempat menepi
Nikmat manakah untukku
Beragam rasa kuresapi

Setiap langkah kiriku
Pertanda buruk menakuti
Setiap langkah kananku
Pertanda baik menemani

Cukup...
Tak kan pun hitam apalagi kelabu
Cukup…
Hanya putih yang basuh perihku

Akhirnya kukalah
Kalah harus memilih
Tunduk atas kemahaanMu
Bersandar atas ketidakdayaanku

Berjalanku setelahnya mencoba-coba tahu
Menemukan tempat tuk kutinggali
Rumah manakah untukku
Beragam jalan kutemui

Setiap hasratku menggebu
Pertanda buruk meresahkanku
Setiap hatiku menggebu
Pertanda baik menyamankanku

Cukup...
Tak kan pun hitam apalagi kelabu
Cukup…
Hanya putih yang basuh perihku

Akhirnya kukalah
Walau kali ini benci tuk memilih
Tunduk atas keyakinan padaMu
Bersandar atas tuntunan cahayaMu

``Ya Allah.. jika ini tempat yang Engkau kasihi dan ridhoi, maka jadikan aku bagian dari para penghuninya… Ya Allah, Langkah demi langkah dengan pertolongan kekuatanMu, kan kukejar ketertinggalan dan ketaktahuanku, walau saat ini hanya dengan langkah-langkah kecil, moga kelak tetap sampai jua menuju ridhoMu... Aamiiin``.

- Syukurku atas Kasih SayangMu pada tiap-tiap pertandaMu di tiap-tiap langkahku -

Peran Bahasa Daerah dalam Mengembalikan Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Kesatuan

(Huruf diatas adalah huruf LONTARA dari Makassar yang juga mendapat pengaruh huruf-hurf palawa dari kebudayaan india)

Bangsa dunia menilai kemajuan peradaban suatu bangsa salah satunya adalah melalui ketinggian bahasanya. Bahasa yang kompleks dari segi Grammatik dan Morfologi sebuah kata mencerminkan bahwa bangsa itu memiliki ketinggian peradaban dan menunjukkan kecerdasan bangsa tersebut. Sebagai contoh bahasa yang bisa dikatakan tinggi adalah bahasa jerman, arab, cina dan jepang. Bagaimana dengan bahasa indonesia ?

Bahasa Indonesia sendiri lahir pada zaman dimana bahasa ini dipergunakan sebagai bahasa perdagangan antar bangsa, istilah yang kita kenal adalah ''Lingua Franca''. Bahasa yang beribu dari rumpun bahasa melayu yang berasal dari Tanah Riau, telah disahkan secara nasional oleh kita sebagai Bahasa Pemersatu dalam peristiwa Sumpah Pemuda. Sudah sekian lama bahasa ini menjadi kebanggan bangsa kita.

Namun sayangnya Bahasa Indonesia banyak memiliki kelemahan, terutama terlalu mudah dipelajari dan tidak kompleks aturan-aturan tata bahasanya, terutama permasalahan grammatik, morfologi, dan bahkan perbendaharaan katanya yang sedikit. Tak heran bahasa indonesia sejalan dengan waktu terjajah oleh bahasa asing.

Banyak istilah-istilah asing yang tadinya menambah koleksi kata bahasa indonesia - terutama istilah di bidang eksak (IPTEK) - malahan kini merambah hingga bahasa pergaulan kita sehari-hari. Dan banyak istilah asing ini dipergunakan secara liar, jauh dari definisi asal sebenarnya. Oleh karena itu terjadi kerancuan. Bisa jadi saya dan anda -jika kita mendapatkan salah satu istilah asing- pengertian kita masing-masing berbeda. Lalu ada istilah asing yang definisi hanya satu, tapi kita generalisasikan. Akhirnya tadinya kita bermaksud menggunakan istilah itu untuk menggambarkan apa yang kita ingin ungkapkan, malah sama sekali istilah itu tidak cocok dipakai pada ungkapan itu. Padahal semestinya ada istilah asing yang lain yang lebih cocok dipergunakan pada ungkapan tersebut.

Tak bisa dipungkiri juga, seringnya kita mempergunakan bahasa asing malah menggeser nilai identitas keindonesiaan, dan bahkan nilai kesatuan kita. Pada saat kita berbicara kepada seseorang yang berasal dari daerah lain, sudah pasti kita menggunakan bahasa indonesia. Namun karena bahasa indonesia yang telah terpengaruhi oleh istilah asing dan istilah asing tersebut kita pakai pada saat perbincangan tersebut, malah bisa menimbulkan kesalahpahaman. Tiba-tiba orang yang diajak bicara menjadi marah, karena bisa jadi dia tidak mengetahui dengan pasti istilah yang kita pergunakan - bisa jadi dia tidak tahu artinya atau bisa jadi salah mengartikan-. Justru inilah yang menjadi salah satu sumber perpecahan kita. Ternyata semakin berkembangnya bahasa indonesia dengan perbendaharaan kata asing tidak sejalan pelaksanaannya di lapangan di seluruh pelosok tanah air.

Dan ternyata juga penggunaan bahasa asing ini lebih digunakan dalam pergaulan orang-orang kota besar, terutama di Jakarta. Orang-orang kota besar memang identik mempergunakan istilah-istilah asing - supaya tampak ''keren'' dan terkesan ''highclass'' -. Beda dengan kota selain Jakarta yang masih tercampur dengan logat bahasa daerahnya.

Salah satu jalan untuk mengembalikan Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Persatuan adalah dengan cara memberi kesempatan kepada keragaman dan kekayaan bahasa daerah di tanah air untuk menambah perbendaharaan kata bahasa indonesia. Jika ada kata yang tidak dikenal atau tidak ada istilah bahasa indonesianya, sudah selayaknyalah kita merujuk kepada perbendaharaan kata bahasa daerah, bukan bahasa asing. Selain bahasa rumpun melayu (Sumatera dan Kalimantan) contoh yang bisa dijadikan rujukan adalah kerumitan tata bahasa dan ketinggian bahasa jawa yang berbeda tiap kasta-kasta, beragamnya bahasa sunda, bahasa batak dan mentawai, bahasa bugis dan makassar, bahasa maluku, dayak, papua, flores bisa memperkaya bahasa indonesia. Dengan partisipasi dari bahasa daerah inilah justru timbul rasa turut ikut mendukung dan mewakili kekayaan dan ketinggian bahasa indonesia, serta terutama juga akan timbul rasa sama-sama memiliki bahasa indonesia sebagai bahasa nasional. Inilah yang bisa menjadi salah satu solusi mempersatu bangsa kita. Hal yang kecil namun pengaruhnya besar bagi bangsa kita secara keseluruhan dari Sabang sampai Merauke.

Apakah pendapat saya tidak ''open minded'' atau tidak sejalan arus globalisasi dunia tanpa batas karena menolak penggunaan istilah asing ? Pertanyaan balik saya adalah, kita akui bahwa Bahasa Inggris sudah menjadi Bahasa Internasional. Tapi mengapa bahasa inggris tetap disebut sebagai bahasa inggris ? Kenapa tidak disebut Bahasa Dunia ? Apakah bahasa inggris telah mewakili bahasa di dunia ? Walau bahasa inggris pun juga menambah perbendaharaan katanya dari bahasa asing lain, namun terbatas mengambil seputar bahasa-bahasa Eropah (Jerman, Italia, Latin, Perancis dan Belanda), terutama untuk perbendaharaan kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Namun untuk istilah-istilah bahasa lain terutama Bahasa Asia hanya memperkaya pembendaharaan kata bendanya saja, dan hanya menunjukkan benda yang memang berasal dari Asia, semisal: 'Origami', 'Sushi', 'Sari', 'Kung Fu', 'Islam', 'Batik', 'Kampoong', 'Saroong', 'Nasi Goreng', 'Sate/Satay', 'Sambel Oelek' dan lain-lain. Walau dipakai tapi hanya pada saat tertentu saja. Saya belum pernah mendengar Bahasa Afrika diserap oleh bahasa inggris kecuali untuk istilah alat musik tertentu yang tidak terdefinisikan. Apakah ini 'open minded' ? Apakah ini sejalan globalisasi ?

Justru dengan memberikan kesempatan bahasa daerah memperkaya bahasa indonesia, maka bisa jadi bahasa kita bisa digolongkan kedalam bahasa dunia dan juga ikut memperkaya suatu bahasa yang akan menjadi bahasa dunia kelak dalam rangka mempersatukan dunia. Walau serapan kata daerah pada awalnya terdengar lucu, bisa jadi 5 hingga 10 tahun kedepan malah telinga kita semakin terbiasa dengannya. Padahal pada saat kita menyerap istilah asing adakalanya kita merasa tergelitik memakai istilah tersebut, namun lama kelamaan malah diterima. Oleh karena itu kalau kita tidak bisa memelihara bahasa indonesia dengan memperkayanya, maka tidak lama lagi bahasa indonesia hanya tinggal kenangan saja dan hanya menjadi ''objek museum''.

Aneh saya rasa, bagi kita yang masih menganggap pemakaian istilah asing akan menunjukkan kecerdasan seseorang dan menggunakan istilah indonesia akan terasa 'kampungan'. Padahal dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang diperkaya dengan bahasa-bahasa daerah kita justru menunjukkan ketinggian peradaban bangsa kita. Seperti anggapan bangsa dunia terhadap ketinggian bahasa suatu bangsa yang saya ceritakan pada awal artikel ini.

-saya yang sedang belajar di jerman, yang masih sulit menguasai kerumitan bahasa jerman-

nb: Mohon maaf apa yang saya utarakan apa adanya dan ternyata juga terdapat istilah-istilah asing :). Maklum, saya hanya seorang arsitek yang sudah terbiasa memakai istilah-istilah tersebut dalam dunia akademis dan kerja yang juga saya mempelajarinya melalui sekolah-sekolah.
Dan maklum, kalo tulisan saya juga tidak tersusun rapih, karena saya sedang belajar menulis.
Melalui tulisan ini, saya hanyalah prihatin dengan nasib kesatuan bangsa kita dan terutama nasib Bahasa Indonesia kita.
Oleh sebab itu saya mohon bagi yang berkepetingan dan ahli di bidang bahasa indonesia, tulisan ini bisa menjadi masukan bagi anda sekalian.

Tuesday, November 08, 2005

Cermin-cermin didekatmu...


Kendaraan berlari kencang liar bersambar-sambar
Kendaraan bertumpuk penuh sesak teriak-teriak

Begitulah dirimu
Begitulah dirimu

Kanal hitam pekat tersumbat mati
Sampah berhamburan di muka halaman

Begitulah dirimu
Begitulah dirimu

Lampu merah kau seberangi daripada yang hijau
Bertunggu-tunggu dipinggir jalan daripada halte

Begitulah dirimu
Begitulah dirimu

Gedung kemilau mencakar langit gerah
Bertetangga gubuk kumuh renta

Begitulah dirimu
Begitulah dirimu

Lampu kerlap kerlip goyang inul
Ngerumpi gosip sana sini bakar api

Begitulah dirimu
Begitulah dirimu

Argumentasi bela rakyat memekik
Sudah tinggi malah mencekik

Begitulah dirimu
Begitulah dirimu

Begitulah umatmu....

Monday, November 07, 2005

Dogma ? Doktrin ?

Dogma (dari bahasa Yunani, bentuk jamak dalam bahasa Yunani dan Inggis kadangkala dogmata) adalah kepercayaan atau ''doktrin'' yang dipegang oleh sebuah agama atau organisasi yang sejenis untuk bisa lebih otoritatif. Bukti, analisis, atau fakta mungkin digunakan, mungkin tidak, tergantung penggunaan. (Wikipedia)

Kenapa yah mendengar kata ''dogma'' dan ''doktrin'' langsung terasa penilaian yang konotatif (negatif). Apalagi manusia jaman sekarang - yang ingin bebas layaknya burung terbang di langit lepas tanpa belenggu yang mengkungkungnya yang ingin mencoba semua nikmat dunia - sangat alergi dengan istilah ini. Seperti digigit nyamuk, buru-buru ia semprotkan ruangan dengan obat nyamuk mematikan.

Sepertinya jalan dakwah itu sangat sulit menembus anggapan ini. Kita mencoba menyampaikan 1 ayat sekalipun tak mampu memancing orang-orang yang hatinya terkunci untuk berpikir dan bahkan sekalipun mendengarkannya. Kita seperti berkata-kata dengan orang yang mati di dalam kubur. Moga kita bersabar meneruskan risalah. Tugas kita hanyalah menyampaikan... bukan menghakimi.

Jaman sekarang, sedihnya banyak orang tua tidak lagi mengajarkan anaknya sholat maupun mengaji Al Qur'an atau menyerahkan bimbingan kepada ahlinya. Mereka menganggap itu suatu ''paksaan''. Menurut mereka, anak-anak itu sebaiknya dilepaskan untuk memilih sendiri jalan hidupnya dan mencoba apa-apa yang mereka inginkan. Sampai-sampai anaknya dibiarkan memilih sendiri agamanya, naudzubillah min dzalik. Anak-anak cukup belajar melalui pendidikan di sekolah-sekolah, anggap mereka. Ironisnya... bukankah 1+1=2, tetapi bukan 11. Bukankah jika ada yang menjawab 11 maka ia salah dan bodoh. Bukankah ini sama saja sebuah doktrin.

Nabi menganjurkan kita untuk mengajarkan agama kepada anak sedari kecil, terutama masalah-masalah aqidah, akhlaq dan ibadah-ibadah yang dibiasakan. Tiada paksaan tentunya... tapi mengajarkan kebenaran adalah wajib bagi kedua orang tua, karena akan berguna kelak. Justru dengan begini, mau kemana anak itu melangkah - luruskah? bengkokkah? - insya Allah dia tahu jalan kembali pulang. Seberapa jauh dia bermain, hati kecilnya selalu berkata ''La ilahailallah'' dan moga akan menunjukkan ia ke Jalan Cahaya kembali ke rumahnya, Insya Allah.

Untuk apa penolakan dengan kebenaran yang telah diturunkan ?

Sunday, October 23, 2005

Kabut



Warna warni bergolong-golongan
Dari satu titik sumber ketauhidan
Entah ego atau lah jati diri
Satu sama lain saling menjauhi

Kata gotong royongpun tak tertulis lagi
Lebih baik jalan sendiri-sendiri

Datanglah warna warni kepalsuan
Datang entah dari penjuru mana
Bercampur yang merusakkan
Seperti najis dalam air sebuah bejana

Berbaur tak kentara bau dan warnanya
Kaburkan kebenaran sesungguhnya

Betul-betul hatiku dilanda sedih
Betul-betul pikiranku tak punya roda
Warna warni seharusnya bercampur putih
Putihnya hingga terlihat sisi yang ternoda

Ya Allah tunjukilah hambamu jalan kebenaran
Jalan yang penuh dengan kasih dan ridhoMu
Jalan yang kini sungguh berkabut membutakan
Tuntunlah aku dijalan itu dengan cahayaMu

Friday, October 21, 2005

Berhentilah.. dan Kembalilah Pulang Nak...

Banyak manusia berkekurangan dalam beragama
Mengapa mereka tidak bermotivasi untuk mendekatkan diri
Banyak manusia berlebihan dalam beragama
Mengapa mereka bermotivasi untuk menjauhkan diri

Banyak manusia bermain dengan senangnya
Bermain-main makin jauh dari rumahnya
Sampai lupa akan jalan pulang
Bahkan tak terbesit untuk pulang

Bagai seorang Ibu memanggil anaknya
Namun tak dibalas sedikitpun sahutannya
Padahal banyak kesempatan tuk kembali
Padahal berbagai peringatan selalu mendekati

Berhentilah mendustakan diri
Berhentilah menjahili diri
Berhentilah menipu diri
Berhentilah menyiksa diri

Bukti apalagi yang harus kaucari
Padahal kebenaran selalu menjumpai
Cukup kebenaran itulah yang kauyakini
Cukup kebenaran itu yang kau amali

Berhentilah... dan Kembalilah Pulang Nak...

Monday, October 17, 2005

''Inul sebagai Inspirasi'': to be acknowledged

''Public Opinion'' is important to us ''to be Acknowledged''.

Siapa tak kenal Inul Daratista dengan Goyang ''ngebor''nya. Dia dicerca oleh banyak kalangan terutama dari kalangan ulama. Posisi inul seakan-akan terpojok dan teraniaya. Malah ini menguntungkan inul sendiri... sekalian publikasi... Ramai media meliput berita super laris ini... Masyarakatpun memakan berita terpanas tersebut. Banyak masyarakat malah mendukung Inul.


Contoh artis yang lain adalah Imaniar. Pada saat suaminya mendapat gugatan dari pembantu rumah tangganya di pengadilan. Pada saat pengadilan berlangsung dia memakai jilbab... Kita melihat dikaca televisi seakan-akan dia dan suaminya dalam keadaan
difitnah dan teraniaya. Setelah Pengadilan memenangkan Pasangan tersebut atas ex- Pembantu Rumah tangganya.... Tidak terlihat lagi Imaniar berjilbab.

Sama halnya denga Reza -penyanyi pop dengan ciri khas serak-serak basah dan yg disukai suaminya karena bisa ngaji- yang sempat lari dari suaminya Adjie Masaid..
tiba-tiba menghilang . Pulang-pulang memakai Jilbab setalah ternyata dia selama itu bersembunyi di pesantren gurunya. Melihat di kaca TV kita merasa kasihan dan simpati dengan Reza dan mulai-mulai suudzhon dengan Adjie, seakan-akan Adjie telah berlaku kasar ke Reza selama berumah tangga. Setelah bercerai Reza pun tak kelihatan lagi memakai Jilbab... Skrg dia sedang menulis buku ttg ketertidasannya sebagai seorang wanita selama dia berumah tangga. (waduh... ghibah dong yah???)

''Public Opinion'' is important to us ''to be Acknowledged''.


Konsep ini dicontoh oleh perorangan dan kelompok-kelompok ''yang belum diakui'' di indonesia. Dengan cercaan dan tuduhan ''sesat'' justru menjadikan PR (Humas) yang bagus. Dengan posisi teraniaya hal ini akan mengubah opini publik. Publik yang awam yang tersentuh perasaannya dengan polosnya mendukung dan mengakui mereka. Yang tidak melakukan hal yg sama dan menentang berarti tidak memiliki hati nurani.


Saya tidak menyalahkan adanya pengajian-pengajian yang mengajarkan ttg keutamaan hati, namun masyarakat kita lama kelamaan menjadi masyarakat yg ''cengeng''. Saking cengengnya, mereka tidak bisa membedakan perasaan: mana yang Hati mana yang Nafsu. Ladang2
''vulnerable'' dan ''fragile'' ini jugalah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tadi sebagai Iklan gratis sekalian mencari simpatisan2. Konsep ini juga tidak bedanya dengan apa yang dilakukan para Missionaris.

Hati-hati dengan perasaan, karena didekat hati ada nafsu...


Mari menjadi muslim yang punya hati tapi tidak cengeng
...

Friday, October 14, 2005

Hati-Hati Mengatasnamakan Hati Nurani


Kubilang diriku hanya menyampaikan
Kau malah bilang diriku menyakiti

Kau malah lanjut bilang diriku tega dan berbuat tidak baik
Kau malah bilang diriku tak punya hati nurani

Hati-hati mengatasnamakan hati... kawanku

Ku lebih memilih menyebutnya dengan perasaan daripada
hati

Kenapa?

Karena di dalam perasaan bukan hanya ada hati namun
juga ada nafsu

Antara keduanya adalah lawan
Antara keduanya adalah dekat

Katakan padaku... apakah hati nuranimukah yg sedang
bicara dari tadi?

Yg baik dari mata seorang manusia belum tentu baik di
mata Allah
Yg buruk dari mata seorang manusia belum tentu buruk
di mata Allah

Katakan padaku.. Jika seorang manusia merasa dirinya
orang baik-baik... apakah dengan begitu dia orang yang
benar?

Lalu tiba-tiba kau menuduhku merasa paling benar...

Kawanku...
Allahlah yang Maha Benar
Kebenaran adalah milikNya

Dan kebenaran itu telah diturunkan
Dan kebenaran itu telah ditemukan

Dan dengan kebenaran itu aku beriman
Dan dengan kebenaran itu aku jadi tahu
Dan dengan kebenaran itu aku amalkan
Dan dengan kebenaran itu aku kabarkan

Thursday, September 22, 2005

Dalam Nama ada Doa....

Sejak lahir saya diberi nama oleh kedua orangtua tercinta, yaitu Muhammar Khamdevi... doa kedua orang tua saya. Sekilas nama ini mirip dengan nama Presiden Libya - Muammar Ghadafi- Hmm.. memang iyah.. memang dari situ ide nama datangnya.. itu menurut pengakuan Bapak saya. Dia mengagumi sosok ini pada saat jaya2nya sewaktu muda dulu... Namun yg namanya ide gak semua langsung di telan :)... Dengan kreatif Bapak saya mengutak ngatiknya. Muhammar adalah kependekan dari dari Muhammad Muammar artinya ''yang terpuji'' dan ''yang panjang umur''... Khamdevi kependekan dari Khamsah (lima) maksudnya anak kelima dari enam bersaudara.. lalu devi adalah gabungan nama Bapak dan Ibu saya... :D. Jadi arti keseluruhannya adalah ''yang terpuji dan panjang umur anak kelima dari D dan F''.

Sejak kuliah saya dipanggil oleh teman2 dengan panggilan gaul ''depoy''... yg artinya ''devi asoy'' ... devi anaknya asyik :). Panggilan ini ada karena mereka males memanggil saya dengan panggilan Devi, yg lebih pantas buat nama perempuan. Panggilan ini memang nama panggilan sedari kecil... tapi FYI... sebenarnya tulisan aslinya adalah ''Defi''.. bukan ''Devi''... tapi entah kenapa tertulis dengan nama Devi di akte.. tapi gak apa2 :) masalah administrasi... biasalah... To tell the Truth adik perempuan saya namanya Deva... nah loh ketukar deh... :D.

Pada saat belajar Bahasa Arab privat dengan seorang sahabat waktu di indo... saya iseng buka2 kamus bahasa Arab. Kata Muhammar adalah berasal dari akar kata ''hamara'' atau ''Hamara''.... bisa h kecil maupun H besar. Wal hasil karena ilmu masih dangkal dan juga kamusnya gak lengkap.. akhirnya cuman tebak2 sambel aja.... ''hamara'' artinya memerahkan... ''Hamara'' artinya menuangkan air... Berarti di Ism Maf'ul-kan menjadi yang dimerahkan... atau yang dituangkan air... Tentu arti yang pertama terasa aneh... maka saya ambil arti yg kedua dari asal kata ''Hamara''... Yang dituangkan Air... hmm bisa diartikan ''yg dituangkan ilmu''... heheheh ... sejak itu arti ini tetap saya pegang dan menjadi dorongan untuk mencari ilmu.

Pada saat Chating dengan seorang sahabat di Belanda... karena dia anak pesantren... Saya tanya ke dia... apa nama saya ada artinya dalam bahasa arab... Dia agak kebingungan... karena kata itu jarang dipakai... Terus dia coba membuka kamus bahasa arabnya.. Lalu dia bilang kemungkinan besar artinya adalah ''yang berseri2 atau yg kemerah2an wajahnya''.... :D hihihih GR deh. Sejak saat itu saya jadi sering murah senyum dan nyengir ampe kering..... nah loh... asal gak dianggap orang gila aja... :D.

Pada saat belajar Tafsir dan Fiqh di rumah Pak Syamsuddin di Ffm.. saya iseng membuka2 kamus bahasa arab-inggris beliau. Ternyata kata ''Hamara'' ism Maf'ulnya bukan MuHammar... jadi yg Hamara ini gugur deh (dengan sedihnya)... Lalu saya coba akar kata ''hamara''.. ternyata ada 2 arti yg memiliki 2 perubahan Morfologinya.... arti yg pertama yaitu ''memerahkan atau memanggang''... arti yang kedua ''membuat berseri atau membuat wajah memerah'' ... Lalu saya banding2kan keduanya dengan tabel yg ada dibuku Nahwu Sharaf kepunyaan saya. Ketemuuu!!! ternyata ada artinya... Muhammar artinya ''yang dipanggang hingga kemerahan/matang'' .... huuuaaaaaaaaaaa !!!!!!.... sedih banget dah.... kebayang deh dipanggang di neraka :(.

Terus coba buka2 internet... ternyata Muhammar itu adalah nasi yang dipanggang... masakan khas Marokko... makin ill feel dah... :(.

Akhirnya sedikit- sedikit berpikir.... hmmm gpp juga kok artinya begitu... jadi maksudnya... ''saya ini di dera ato ditempa di dunia hingga menjadi person yang matang'' ... hmmm bisa juga... akhirnya arti yang ini saya pegang... jadi pemacu atau pendorong... jika didera cobaan selalu melihat nama saya...
Setelah tahu artinya saya bahagia sekali... tanpa disangka... walau hanya sepele dan menyita sedikit waktu... sangat berguna dalam kehidupan... malah jadi amalan yang baik.

Namun walau begitu... semua arti nama yang saya temukan adalah baik... semuanya saya pegang.. dan mejadi pengingat jika ada onak duri di kehidupan...

Memang benar... nama adalah doa... doa orang tuamu.. doa teman2mu.. maupun doa yang tersembunyikan...

nb: Sekarang lagi nyari arti kata Khamdevi.... ternyata gak ada di bahasa arab... namun nemu di internet... ternyata nama sebuah jalan di india... hmmm pengen tahu arti bahasa indianya apa yah... hehehehe :D.

Wednesday, September 07, 2005

Overjudgmental: Kenapa tidak mengenal lebih dekat ?


Kenapa yah... hal ini selalu terulang-ulang ? Dimana orang-orang yang baru berkenalan denganku begitu mudah menilai image seseorang pada saat pertemuan pertama. Tapi terkadang ternyata orang-orang yang aku telah kenal di masa lalu pun setelah berpisah dan berjauhan sedemikian kurun waktu... mudah juga menilai imageku. Overjudging itu tidak hanya negatif melulu seh, kadang juga positif. Kadang bisa menjadi refleksi untuk mengoreksi diri, kalau kita mencoba berpikir positif tentang hal itu.

Pernah... karena latar belakangku kuliah disebuah perguruan tinggi di Jakarta... yang terkenal dengan mahasiswa/wi nya dekat dengan DUGEM... image yang ditangkap orang-orang pertama kali terhadapku negatif sekali... Katanya aku ini pasti anak orang kaya yang sering clubbing sana sini ... gak jauh-jauh dari drugs, alkohol dan sex bebas... sedih juga mendengarnya :(. Trus pas pertama kali menjejakkan kaki di Jerman dan kuliah di sebuah Uni terbaik di Jerman... orang-orang yang baru kenal denganku sepertinya meragu dan bingung. Kenapa ini anak bisa masuk Uni... kita aja yang lulusan PTN terbaik cuman masuk FH ?... aneh yah ?

Pernah... terdengar kabar burung yang tidak mengenakkan tentangku... sahabat baikku di Jakarta sampai-sampai menanyakan kabarku yang sebenarnya selama ini di Jerman... Katanya diriku ini masuk ''aliran sesat'' dan ikut-ikut organisasi ''radikal''... sedih juga mendengarnya :(.

Itu beberapa overjudging yang negatif... tapi ya sudahlah... ambil positifnya aja pikirku... kalau lama-lama dipikirin malah ''mumet'' ini kepala.... Apalagi diriku ini orangnya sensitif sekali.

Pernah... sewaktu kecil ikut sebuah TPA di sebuah masjid di Ujung Pandang... Karena sudah ada ikatan bathin dengan Masjid... aku pun sering sholat disana... Orang-orang yang berada di gang yang menghubungkan rumahku dan masjid memberiku gelar ''pak haji kecil''... rasanya waktu itu senang sekali :).

Pernah... sebuah masjid telah dibangun bertetangga dengan rumahku di Jakarta. Akupun sering sholat disana dan ''nongkrongin'' masjid. Senang sekali deh waktu itu... apalagi aktif di Remaja Masjidnya dan bertemu dengan orang-orang yang sarat dengan ilmu agama. Sering sekali aku bertanya dan belajar dari mereka. Lalu di suatu hari... setelah sholat ashar berjamaah... ada seorang musafir datang menghampiriku... aku yang saat itu sedang ''ngobrol'' dengan ustadku... Entah kenapa jamaah itu dengan yakinnya memanggilku dengan sebutan ''ustad''... padahal ustad yang sebenarnya ada di dekatku... :D... aku kaget betul pada saat itu sambil melirik wajah ustadku yang sedang ketawa kecil sedikit mengejek... sampai jamaah itu pergi pun aku dan ustadku tidak mengaku... aneh yah? perasaanku senang gak karuan... :) ... Takut juga seh kalau jamaah itu datang lagi dan kecewa karena aku tidak seperti yang mereka kira.

Pernah... saatku pertama kali kuliah di sebuah PT di Jakarta... teman-temanku menganggapku seorang ''agamais''. Plus apalagi aku juga aktif di remaja masjid. Karena itu... aku pun di cap ''gak gaul'', ''fanatik'', dan ''kaku''. Mau seperti apa usahaku untuk berbaur dengan mereka, tetap saja tidak merubah image itu. Yahhh... aku seh terima sajalah... toh ternyata ada positifnya juga... dan lagipula mereka malah tetap menganggapku menjadi seorang teman maupun seorang sahabat... yang sering dengerin ''curhat'' mereka... apalagi kalau mereka bertanya tentang hal-hal seputar agama... aneh yah?

Itu beberapa overjudging yang positif... jadi cambuk buat diri ini... harus mengejar segala ketertinggalan dan ketidaktahuan... Malah aku jadi semangat untuk mengembangkan diri... Apalagi diri ini memang selalu ingin aktif apalagi demi agamaku sendiri... ''gak'' bisa jauh-jauh... sudah ikatan bathin seh...
Setiap pertemuan maupun perpisahan pasti selalu terselip overjudgment dari orang lain. Nah... kitanya saja yang harus pandai-pandai menyikapi. Kita tidak perlu takut orang-orang yang kita kenal berlalu menjauh dari kita karena disebabkan kita tidak seperti yang mereka kira dan harapkan... image yang mereka buat secara berlebihan.... Namun pasti ada sahabat-sahabat kita yang tetap tinggal dan mau menerima kita apa adanya serta ingin mengenal kita lebih dekat. Dan itulah yang dinamakan sebuah ''Ukhuwah''. :)

nb: teruntuk saudara-saudaraku yang tidak sekalipun kecewa dengan apa adanya aku dan selalu memberi dukungan diri ini supaya lebih baik dari kemarin :)

Sunday, August 21, 2005

Keutamaan Memahami Syahadat (Tauhid)


(Paparan apa adanya)


Lihat QS. 6: 1-3

Sesekali kita sering mendengar kabar yang menggembirakan tentang seseorang yang baru masuk Islam. Di depan jamaah ia membaca syahadat sebagai niat dan persaksiannya mengenai keesaan Allah dan kerasulan nabi.

Sering timbul pertanyaan, bagaimanakah proses ia memilih dan memeluk Islam? Hidayah, petunjuk dari Allah ialah awal dari asal mengapa ia memutuskan hal tersebut. Kita tahu, bahwa Allah swt memberikan petunjuk bagi seseorang yang ia kehendaki dan petunjuk itu merupakan untuk diri pribadinya sendiri. (QS. 39: 41)
Hidayah ini bagi tiap-tiap insani berbeda-beda bentuknya dan berbeda-beda ceritanya. Namun dari kesemua itu peran hidayahlah yang menumbuhkan benih-benih cinta kepada Allah. Dari benih-benih cinta ini bersemai keyakinan dan ketakutan kepada Allah. Dari kesemua inilah syahadat menjadi sempurna.

Kembali kepada sang mu’allaf tadi, setelah ia mengucapkan syahadat, saat demi saat dilalui, tahu makin tahu ia pelajari, makin kencang amalannya, makin mencolok perubahannya, makin tenang dan bahagia ia menjalani kehidupan keislamannya. Sungguh menakjubkan kecepatan perkembangan yang ia alami jika dibandingkan dengan muslimin kebanyakan.

Bagaimanakah dengan diri kita, yang beberapa lebih banyak, yang Islam dikarenakan faktor turunan dari orang tua yang muslim. Sering kita tidak menyadari atau memahami hikmah dari syahadat ini. Kita lupa hingga melangkahi rukun pertama dari rukun islam ini. Akibatnya tiap-tiap amalan kita, terutama rukun-rukun islam berikutnya, terasa tidak nikmat dijalani, tidak khusyuk, hanya asal melakukan, dan terkadang hanya ikut-ikutan tanpa kesadaran dan pemahaman.

Kita tidak bisa menghadirkan Allah dari tiap-tiap amalan perbuatan dan perilaku yang kita kerjakan dalam kehidupan disetiap saat, sehingga sering terjadinya kekhilafan yang mungkin disadari maupun tidak disadari. Padahal Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan dan apa yang ada di benak hati kita.

Kadang ada yang shalat takut dimarahi oleh bapaknya, tapi ia tidak takut bahwa sebenarnya Allah sedang mengamatinya. Atau terkadang ada yang shalat di depan teman-temannya, supaya ia dipandang baik dan dipuji oleh temannya atau takut kalau ia tidak shalat ia dicap jelek oleh teman-temannya, tapi ia tidak takut bahwa sebenarnya Allah mengetahui isi niatnya itu di dalam hatinya. Dan ada pula yang merasa dirinya paling baik, bersih, dan benar menggurui teman-temannya, padahal Allah mengetahui sebenarnya apa yang ada di hatinya dan apa yang ia kerjakan selama ini tidak sebanding dari apa yang keluar dari mulutnya.

Kalau agama diibaratkan sebuah bangunan, maka syahadat ialah pondasi tumpuan dari segala amalan, sholat ialah tiang penegak mengakukan keyakinan, puasa ialah selubung dinding sebagai pelindung/ benteng dan pengendali dari segala nafsu/ hasrat, zakat ialah atap yang menaungi, meneduhkan dan mensucikan kita dari segala keburukan dan keegoan, haji ialah perhiasan ornamen (finishing) dari kesempurnaan agama kita.

Oleh karena itu kita sempurnakan pengetahuan ketauhidan kita. Kita cari petunjuk dari Allah dengan berbagai cara sesuai kemampuan kita dan dimulai dari apa adanya yang kita ketahui, seperti menimba ilmu, membaca dan memahami Al Qur’an, menyendiri berdzikir dan berpikir, membaca alam semesta ciptaan Allah, ikut ke dalam majelis-majelis. Dengan begitu Insya Allah timbullah benih cinta kepada Allah dan Rasul, tumbuh berkembanglah yakin dan takut kita (iman dan taqwa), sehingga amalan kita menjadi makin nikmat untuk dijalani, makin ikhlas diri ini beramal.

Yakin akan keesaan Allah, bahwa Ia adalah tempat bersandar sebaik-baiknya tempat bersandar. Hanya Allahlah yang kita bisa andalkan atas segala persoalan dan urusan. Takut karena kemahaan Allah, takut azab Allah, takut ``cinta tak berbalas`` yaitu takut Allah makin jauh dari kita, dan takut ``bila diri ini tak setia lagi`` yaitu takut diri kita makin jauh dari Allah, bahwa sesungguhnya kita ialah hamba yang membutuhkan curahan petunjuk dan kasih sayangNya. Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu bersabar dan bersyukur dengan apa yang dianugerahkanNya baik berupa nikmat maupun cobaan - yang keduanya itu ada pelajaran yang baik bagi orang-orang yang berakal dan berpikir - berusaha dengan tidak berputus asa mengadakan perbaikan/ ``improvement`` dalam diri pribadi, dan semoga kita dijauhi dari sifat hina penuh kebencian yakni sifat buruk sangka kepada Allah yang akan menenggelamkan kita ke sedalam-dalamnya kegelapan.

Bacaan lanjutan : QS. 2: 177 dan 255, QS. 13: 12-17 dan 18-24, QS. 35: 19-22, QS. 39: 17-18 dan 38-41.

Oleh: Yang sedang belajar, bukan ``Penyair`` yang memanis-maniskan lidah, Insya Allah!

Tuesday, July 05, 2005

Melawan Medan Dunia


Hidup didunia itu seperti melawan arus medan gravitasi. Untuk jatuh itu sangatlah mudah. Tinggal lompat dan ikuti arus medannya. Jatuh hingga ke dasar.

Jika kita lihat sejarah manusia mencoba melawan medan gravitasi menuju langit - dari balon udara, pesawat terbang, dan pesawat antaraiksa - ada pelajaran dari perumpamaan ini bisa diambil.
Untuk apa manusia membuatnya ? isengkah? sia-siakah ? Pasti ada maksud dan tujuannya, yang tentunya untuk hal yang berguna demi kebaikan. Begitulah keutamaan NIAT.

Makin ILMU bertambah makin canggih alat yang dihasilkan. Jika Balon Udara tak mampu menembus lapisan langit yang lebih tinggi, maka dibuatlah pesawat terbang. Namun itupun tak cukup menembus lapisan langit berikutnya, maka dibuatlah pesawat antariksa. Maka diperlukanlah keluasan pengetahuan. Begitulah keutamaan ILMU.

Kita lihat berapa besarnya jumlah DAYA atau ENERGI yang diisi sebagai bahan bakar tiap alat itu. Makin banyak jumlahnya, makin melesat jauh dia ke langit. Bahan bakar yang dipakai pun harus stabil sesuai takaran supaya pas menuju tujuan. Begitulah keutamaan AMAL dan KONSISTENSInya.

Dalam pembuatannya pun tidak semudah yang dikira. Ada proses mandeg dan jatuh bangunya. Tiba-tiba modal habis, atau ada alat yg rusak, atau malah alatnya gak bisa jalan tanpa sebab. Tapi dengan ketekunan dan pantang menyerah, walau ditempa berbagai hambatan takkan menghentikan usahanya untuk mewujudkannya. Begitulah keutamaan KESUNGGUHAN.

Begitulah Perjalanan Hidup kita dengan sebuah wahana berupa AGAMA. Diperlukanlah NIAT, ILMU, AMAL, KONSISTENSI dan KESUNGGUHAN untuk menuju langit KEMULIAAN.

Monday, June 06, 2005

Ketika Dian Tertiup Angin


Cerita ini hanya fiktif belaka, moga mendapat pelajaran darinya, terutama supaya kita membaca dan menghafal al Qur’an serta menghadiri majelis-majelis ilmu.

Bayangkan pada suatu masa banyak yang tidak menyentuh al Qur’an dan masjid tidak ramai lagi dihadiri. Setelahnya terjadilah peperangan hebat dan kaum muslimin mengalami kekalahan. Lalu masjid-masjid dan maktab-maktab menjadi incaran dan disegel, lalu dengan beberapa saat setelahnya di hancurkanlah pusat-pusat umat islam itu rata dengan tanah. Kemudian mushaf-mushaf Al Qur’an dikoyak-koyak di injak-injak dan di bakar dan pustaka-pustaka kejayaan umat islam tak luput dimusnahkan.

Setelah segala sumber ilmiah lenyap, kaum muslimin lalu ditangkap. Mereka disiksa dan di cuci otaknya supaya tidak ingat lagi dengan agamanya dan apa-apa yang mereka hafal dari Qur’an. Setelah mereka lupa, mereka pun dimurtadkan lalu dijadikan budak.

Para Ulama dan para Hafidz Qur’an yang lari menyelamatkan diri pun dikejar sampai ke seluruh pelosok bumi. Setelah tertangkap mereka pun di aniaya dan dibunuh seketika. Tiada satupun cendikiawan umat muslim yang lolos dari pemusnahan besar-besaran ini.

Moga mereka yang berperang di jalan Allah mendapatkan syurga dan kemuliaan diatasnya.

Hanya segelintir orang yang selamat ditempat persembunyian yang tidak diketahui oleh musuh. Walau begitu sang musuh tidak tertarik untuk menangkap mereka. Karena merekalah kaum muslimin yang tidak paham dengan agamanya, apalagi menghafal Qur’an. Mereka sama sekali dianggap bukan ancaman.

Mereka inilah yang dulu berdalih dengan seribu alasan supaya tidak dikekang dan disusahkan dengan praktek-praktek agama. Mereka jahil terhadap tuntunan agama. Mereka lalai atas peringatan Allah. Dengan mata hati yang tertutup sejak lama, mereka dulu dengan congkaknya merasa dirinya juga sebenarnya berada di jalan kebenaran. Mereka mengira Allah akan memaklumi segala tindakan mereka itu karena mereka mengira Allah megasihi mereka. Padahal yang mereka lakukan sebenarnya adalah pengingkaran dan pengkhianatan terhadap Allah. Akankah Allah mengampuni mereka atas balasan kasihNya dari mereka berupa itu?

Lalu apa yang mereka bisa perbuat tanpa Al Qur’an ? Tiada lagi Al Qur’an yang bisa dibaca. Tiada lagi guru yang akan mengajarkan. Tiada lagi yang mengontrol hati mereka. Mereka hanya seperti binatang yang mengandalkan hawa nafsunya. Walaupun mereka punya kemampuan otak yang cerdik, namun hati mereka terkunci.

Karena keadaan akhlaq dan aqidah mereka yang rendah ini dan berada dalam kondisi yang payah, merekapun dengan kecerdikannya saling membunuh hanya demi makanan dan harta supaya dapat bertahan hidup. Dan beberapa dari meraka dengan kecerdikannya menyerah kepada musuh dan mau dimurtadkan supaya mereka selamat. Mereka pun tega mengkhianati yang lain dengan kecerdikannya memberitahukan posisi persembunyian yang lain kepada musuh supaya mereka bisa dipercaya dan diberi imbalan oleh musuh.

Apakah mereka merasa aman dalam keselamatan ? Sama sekali tidak !

Siapakah kan menolong mereka, jika saat itu langit pecah tiba-tiba, pada saat mereka belum juga sempat tersadar untuk menyesal dan bertaubat ?

Akankah mereka merasa aman dalam keselamatan ?

Friday, May 27, 2005

Khazanah Ilmu

Ilmu adalah penerang
Bagai matahari bersinar
Membuka pelupuk hati terpicing pulas
Jalan kan jadi jelas terlihat

Ilmu adalah pensuci
Bagai air jatuh tajam di bebatuan

Mengikis karat-karat nafsu
Jalan kan menjadi bersih

Ilmu adalah petunjuk arah
Bagaikan angin bertiup
Membawa diri insani pulang
Jalan kan menjadi lurus

Ilmu adalah manfaat
Bagaikan buah yang dipetik
Memanjakan lidah dan lambung ini
Jalan kan menjadi nikmat

Ilmu adalah tanggung jawab
Bagaikan kayu bakar yang dipikul
Memenuhi kebutuhan rumah tangga
Jalan kan menjadi bermakna

Ilmu adalah kecerdasan
Bagaikan pedang terasah
Melawan musuh yang zholim
Jalan kan jadi adil

Rugilah orang yang tak berilmu
Jahil berdalih tak berujung
Buta karena diri sendiri
Tak bergantung ilmu Ilahi

Hati dan Kompor Gas

Bukan.... sama sekali gak ada hubungannya dengan
makanan.....!!

Maksudku belakangan ini aku sesekali mengamati
Semangat hati yang berkobar-kobar dari para insan
kini.....

Lalu apa hubungannya dengan kompor gas....???

Jika diambil persamaan dengannya
Sepertinya hati insan kayak kompor gas

Api besar menyala membara dengan panas
Terjulur jilatan api yang tinggi hati
Seperti ombak laut yang sedang pasang
Apalagi yang masih muda

Tapi yang namanya kompor gas
Jika nyala terus menerus dengan api yg besar
Lambat laun gasnya cepat habis
Atau karena tekanan tinggi... salurannya bocor...
kompor bisa-bisa meledak.... kebakaran deh.....

Oleh karena itu apinya setidaknya diredam....

Eh... bukan...... jangan disalahartikan...!!!!
Bukan dipadamkan........ jangan buruk sangka dulu.....

Emang siapa yang tega ingin matikan hati suci seorang
insan.....

Maksudku apinya sedikit dikecilkan
Putar knop gasnya ke api sedang
Dari pada boros energi
Daripada duit terbuang sia-sia

Agar apinya menyala sedang dengan tenang dan anggun
Agar apinya menyala dengan cukup dan pas
Sesuai takaran kegunaannya tak berlebih-lebihan
Agar bermanfaat bagi semua...... semesta alam.......

Tapi ada juga loh yang hatinya redup
Apinya menyala kecil bak malu-malu
Hangatnya musti nunggu lama…. waktu terbuang sia-sia…
aplagi masih muda
Malas tak bergairah hidup… kurang terang dalam gelap
Plin-plan… ini mo nyala atau mau mati ? …. ragu-ragu
kali ye !!!

Stel knop gasnya ke api sedang.... jangan berlebihan
loh…!!!
Supaya bertambah gasnya sedikit demi sedikit
Supaya apinya lambat laun makin membesar
Sehingga mereka lambat laun berguna juga bagi semua….
semesta alam……

Lalu sang api sedang menyala dengan anggun
Menyala dengan konstan terkendali dari nafsu dengan
komitmen yang tinggi
Menyala tenang dan cukup hangat
Menyala dengan hemat ditabung satu demi satu amalan

Eh.... jangan Ge eR dulu........
Api sedang ini gak ke GR an....

Ia selalu merendah terhadap api yang lain
Mengajak kebajikan dengan kasih sayang

Mencoba mengkondisikan lingkungan yang baik penuh
rahmat
Menjadi tauladan yang baik tanpa harap pujian
Api yang takut kehilangan sumber energi gasnya
Api yang selalu memberikan kegunaannya ikhlas bagi
semua.... semesta alam....

Semua hati insan ada potensi kebaikan yang berguna...
Hati buruk dan jahat seorang insan bukanlah
mutlak.....
Tapi hanya kebodohanlah yang menjatuhkannya ke dalam
nafsu...
Semoga hati kita merayap perlahan menyala dengan
mulia...........

Yang Datang Tak Diminta

Kabut menyelimuti panorama... Kabur semakin gelap... Sesak habis di telan masa... Degup tak terdengar iramannya... Tubuh tak dapat lagi dikuasai... Kerabat tak bisa dihubungi... Tangis sesal tak ada di jadwal... Karcis reinkarnasi tak ada yang jual... Tak ada pahlawan kan menolong... Akan dibawa kemanakah diri ini… ? Adakah bekal yang dibawa... ? Kini hanya menunggu tanggal mainnya...