Monday, October 17, 2005

''Inul sebagai Inspirasi'': to be acknowledged

''Public Opinion'' is important to us ''to be Acknowledged''.

Siapa tak kenal Inul Daratista dengan Goyang ''ngebor''nya. Dia dicerca oleh banyak kalangan terutama dari kalangan ulama. Posisi inul seakan-akan terpojok dan teraniaya. Malah ini menguntungkan inul sendiri... sekalian publikasi... Ramai media meliput berita super laris ini... Masyarakatpun memakan berita terpanas tersebut. Banyak masyarakat malah mendukung Inul.


Contoh artis yang lain adalah Imaniar. Pada saat suaminya mendapat gugatan dari pembantu rumah tangganya di pengadilan. Pada saat pengadilan berlangsung dia memakai jilbab... Kita melihat dikaca televisi seakan-akan dia dan suaminya dalam keadaan
difitnah dan teraniaya. Setelah Pengadilan memenangkan Pasangan tersebut atas ex- Pembantu Rumah tangganya.... Tidak terlihat lagi Imaniar berjilbab.

Sama halnya denga Reza -penyanyi pop dengan ciri khas serak-serak basah dan yg disukai suaminya karena bisa ngaji- yang sempat lari dari suaminya Adjie Masaid..
tiba-tiba menghilang . Pulang-pulang memakai Jilbab setalah ternyata dia selama itu bersembunyi di pesantren gurunya. Melihat di kaca TV kita merasa kasihan dan simpati dengan Reza dan mulai-mulai suudzhon dengan Adjie, seakan-akan Adjie telah berlaku kasar ke Reza selama berumah tangga. Setelah bercerai Reza pun tak kelihatan lagi memakai Jilbab... Skrg dia sedang menulis buku ttg ketertidasannya sebagai seorang wanita selama dia berumah tangga. (waduh... ghibah dong yah???)

''Public Opinion'' is important to us ''to be Acknowledged''.


Konsep ini dicontoh oleh perorangan dan kelompok-kelompok ''yang belum diakui'' di indonesia. Dengan cercaan dan tuduhan ''sesat'' justru menjadikan PR (Humas) yang bagus. Dengan posisi teraniaya hal ini akan mengubah opini publik. Publik yang awam yang tersentuh perasaannya dengan polosnya mendukung dan mengakui mereka. Yang tidak melakukan hal yg sama dan menentang berarti tidak memiliki hati nurani.


Saya tidak menyalahkan adanya pengajian-pengajian yang mengajarkan ttg keutamaan hati, namun masyarakat kita lama kelamaan menjadi masyarakat yg ''cengeng''. Saking cengengnya, mereka tidak bisa membedakan perasaan: mana yang Hati mana yang Nafsu. Ladang2
''vulnerable'' dan ''fragile'' ini jugalah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tadi sebagai Iklan gratis sekalian mencari simpatisan2. Konsep ini juga tidak bedanya dengan apa yang dilakukan para Missionaris.

Hati-hati dengan perasaan, karena didekat hati ada nafsu...


Mari menjadi muslim yang punya hati tapi tidak cengeng
...

No comments: