Sunday, July 16, 2006

[Curhat]: Tak Seperti yang Kumau...


Sebelum saya mencapai papan pengumuman hasil thesis, salah satu profesor datang menghampiri saya dengan tiba-tiba. Menyampaikan kabar dengan berat hati, bahwa saya diberi kesempatan penambahan 1 semester lagi sebagai kesempatan terakhir oleh Dewan Komisi untuk merampungkan proyek saya secara maksimal. Menurut mereka, proyek perkotaan yang seharusnya dikerjakan oleh 2 orang dalam satu kelompok itu, namun saya kerjakan sendirian (single fighter), belum mencapai kata layak untuk bisa diluluskan semester ini.

Saya tidak bisa berkata apa-apa, hanya terdiam terpaku dengan wajah terkejut. Sesekali menahan air mata yang ingin keluar segera. Kegalauan dan kekecewaan menggrogoti. Sambil menerawang ke masa 1 semester yang saya habiskan sebelumnya ternyata tidak membuahkan hasil untuk lulus di semester ini. Tertahanlah sudah gambaran tanah air. Tertahanlah sudah harapan-harapan masa depan. Semua tak seperti yang kumau... Akhirnya tangispun memecah keheningan...

Sang profesor berusaha menyenangkan hatiku dengan menawarkan bantuan semampunya agar di semester depan proyek saya bisa diluluskan. Beliau juga akan bertindak langsung sebagai pembimbing rutin selama proses itu. Tak tanggung-tanggung beliau akan memberikan bantuan untuk perpanjangan VISAku, walau tak bisa membantu masalah finansialku.

Namun itu belum mampu mengobati hatiku yang menjadi melemah ini. Sepertinya tidak ada pilihan lain, selain menerima tawaran beliau. Akhirnya saya mengiyakan tawaran itu, tanpa berpikir panjang lagi. Dengan berharap kesempatan tersebut akan mendatangkan kebaikan untukku.

Saya berjalan terhoyong-hoyong menghampiri teman-temanku. Mereka lalu mencoba menyabarkanku dengan kata-kata yang menyenangkan dan menenangkan hati, sampai air matakupun mengering.

Dengan keletihan hati sampailah saya di rumah dengan segera menghadapNya. Sekali lagi aku bercermin diri. Lalu meminta ampunan dan pertolonganNya. Diri ini hanya bisa pasrah akan suratanNya. Memohon kebaikan pada kesempatan kedua kalinya. Memang inilah yang Ia mau, dan ada misteri kebaikan di dalamnya. Biarkanlah seperti yang Ia mau, karena saya ingin tetap yakin denganNya. Bahwa ada kebaikan yang akan menunggu kelak. Kebaikan yang akan mengganti kesedihanku.

Maafkan saya, ya kedua orangtuaku. Sekali lagi aku menancapkan duri kembali. Cobaanku malah menjadi cobaanmu juga. Hamba kini kembali memohon restu darimu untuk kesekian kalinya. Dukungan darimu kan kujadikan teman perjalanan usahaku kembali.

Maafkanlah ya sahabat-sahabatku. Saya mengecewakan tiap-tiap doa yang kaupanjatkan untukku.

Moga Allah melapangkan hatiku dan memudahkan usahaku untuk kesempatan kedua yang terakhir ini.

6 comments:

TuanAdan said...

akh fillah saya hanya bisa ucapin sabar, terkadang apa yang kita inginkan belum tentu baik di mata Allah(maaf saya tidak bermaksud menggurui, terlalu banyak guru sudah di bumi ini).

*akh saya saudara mu dari tanah Aceh ingin berjabat dengan mu dan mendekapmu*

Indra Fathiana said...

kok sama kaya aku sih bang? aku udah sidang sih...tapi revisinya sampe harus ngambil data lagi segala..sama aja ngulang bab 3,4,5 kan :'( yah...mudah2an ini yang terbaik dari Allah..kata temenku, orang 'besar' mmg diberi ujian lebih. nih, aku kutip dari blogku ya. smg bermanfaat :)
***

Kemari, Jiwa…
Duduklah bersama untuk jernihkan pikiran kita.
Percayakah engkau bahwa dirimu cukup kuat untuk menanggung kelebihan beban yang ada sekarang?
Jika beban itu berada di pundakmu kini, maka percayalah bahwa Ia tak akan membiarkanmu tanpa memberikan kekuatan untuk menopang.
Jika jiwa-jiwa lain tak harus menerima beban serupa, maka yakinlah bahwa engkau akan menerima balasan yang sama atas segala usaha yang lebih banyak terkerah.

Ayo, Jiwa.
Kuatlah!
Jangan pernah melemah karena Ia tahu engkau bisa!
Jangan pernah kalah oleh badai ujian karena pasti ada hasilnya di kesudahan.
Jangan pernah menyerah oleh keraguan karena pertolongan-Nya pasti datang.

Satu hal saja, Jiwaku.
Jangan pernah mengaku sabar jika engkau belum pernah mendapat ujian.
Maka bersabar sajalah dengan sebaik-baik kesabaran.
Bersabar sajalah, dengan sebaik-baik kesabaran.

***

Sudah pupus airmatamu, Jiwa?
Mari bangkit sekarang.

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...

bismillah...
hari ini hari kedua terakhir untuk bayaran kuliah di semester ana yang sudah kelewat akhir.
ujian yang sama...
namun pelajaran yang berbeda
kondisi yang sama...
namun nasib yang berbeda.

hari terakhir daftar sidang, kesempatan itu tidak datang pada ana, PS meminta menambah satu semester lagi untuk menyelesaikan bab 4 yang datanya... masyaallah... (isbiri...)

dada ini bergemuruh...
apa yang Kau mau ya Allah...?
air mata mulai mengambang di pelupuk.
menenggelamkan kepala dalam pelukan -sedih-
namun...
tak satupun saudaraku...
tak ada satupun...
tak ada...
merangkul, menggenggam tangan ini seraya berkata
"Allah berkehandak lain. kita hanya bisa berusaha, Allah yang menentukan"

apakah mereka sangat berpikir positif bahwa ana dapat melewati ini semua sendiri, karena dimata mereka ana seorang yang tegar?

*butiran itu kembali berlinang, menandakan jiwa manusia yang kembali*
*terlalu lelah untuk menjadi malaikat*

waterpoured said...

kok sama seh... :(
moga bersabar yah! biarkan harapan itu Allah yg tunjukkan...
moga zhon kita masih terjaga... :)