Thursday, December 22, 2005

Malu Bertanya Sesat Di Jalan... Banyak Bertanya Menyesatkan Pula...

-Janganlah berkekurangan dalam beragama, apalagi berlebihan-

Dalam mencari ilmu, cara kita mencari tahu salah satunya adalah bertanya pada ahlinya. Seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya, seorang petani kepada insinyur pertanian dan lain-lain. Bertanya seperti ini dikarenakan tingkatan pengetahuan yang dikuasai. Yang belum tahu bertanya kepada yang sudah tahu. Namun kadangkala berbeda antara orang yang ingin belajar untuk tahu dengan orang yang hanya sekedar ingin tahu saja. Orang yang ingin belajar cenderung mengikuti saja ''kurikulum'' yang disajikan dalam proses pengajaran tanpa banyak bertanya, karena wajar mereka belum tahu ''bahan materinya'' - yang hal ini tentu tak pantas dianggap sebagai ''doktrin'' yang sering dituding ''orang-orang miring''. Mereka justru bertanya hanya sekedar meminta untuk diulangi tentang hal yang sedang dipelajari karena kurang menangkap pelajaran. FYI, orang yang belajar tanpa banyak tanya ini justru tingkat kepemahaman mereka lebih baik dan menyeluruh daripada orang yang bertanya hanya sekedar tahu dengan kepahamannya yang sepotong-sepotong saja. Lucunya orang yang baru tahu sedikit sudah belagak ahli tafsir !!!... oooppsss!!! kok jadi melenceng yah tulisan ini... maaf :D

Kembali ke topik tentang bertanya. Tentu saja kita tidak bisa sembarangan bertanya. Apalagi bertanya kepada seseorang yang bukan tempatnya untuk bertanya atas pertanyaan kita. Nabi pernah ditanya tentang seekor unta yang hilang oleh pemiliknya. Lalu pernah beliau ditanya tentang nama ayah dari seseorang. Wajar saja muka sang nabi jadi memerah setelah ditanya seperti itu. Memangnya nabi itu seorang cenayang atau ''Information Center'' atau sebuah ''Bank Data'' ? Padahal kita tahu nabi adalah tempat sebaik-baiknya bertanya, tapi bukan berarti beliau tempat bertanya segala macam pertanyaan, semacam cara bercocok tanam kurma dengan stek dan kasus-kasus lainnya. Untuk masalah yang berhubungan dengan keislaman, nabilah tempat yang paling afdhol dan paling tepat untuk bertanya.

Namun bertanya bisa menjadi sebuah penyakit. Pernah seorang sahabat nabi (saya lupa namanya) pernah ditanya seseorang muslim tentang hal-hal yang berhubungan dengan agama. Sekali ditanya lalu beliau menjawab... ditanya lagi oleh orang itu lalu beliau pun menjawab... dan seterusnya hingga tak tertahankan lagi... sang sahabat nabi ini lalu mengambil pasir dan dilemparkannya ke penanya itu seperti melempar kerikil ke setan. Kenapa seperti ini? Kasus ini menunjukkan bahwa janganlah bertanya tentang keagamaan yang sudah jelas duduk perkaranya. Karena ini akan mengundang perdebatan panjang. Yang tentu saja hal ini menyebabkan kesusahan diri sendiri apalagi kesusahan bagi si tempat bertanya. Karena sebuah pertanyaan temannya adalah sebuah keraguan. Makin banyak bertanya, makin membuat ragu keduanya dan makin menyesatkan keduanya.

Banyak bertanya malah lebih meyesatkan. Tidak tanggung-tanggung, tak hanya si penanya dan si penjawab saja yang jatuh, malah orang-orang disekitarnya dan publik seluruhnya ikutan jatuh juga. Inilah penyakit-penyakit yang sudah lama muncul dipermukaan apalagi akhir-akhir ini sejak jaman ''reformasi'' berkibar. Terpantiklah lontaran api pertanyaan-pertanyaan terhadap hal-hal yang sudah jelas adanya, hanya untuk mengundang perdebatan kusir yang penuh dengan retorika saja, supaya bisa disebut '' intelek'' di depan publik dengan pemikiran-pemikiran yang sok ''mutakhir''.

QS.5:101
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan kepada nabimu hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Alquran itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan(kamu) tentang hal-hal itu. Allah maha pengampun lagi maha penyantun"

2 comments:

Anonymous said...

QS.5:101
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan kepada nabimu hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Alquran itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Alloh memaafkan(kamu) tentang hal-hal itu. Alloh maha pengampun lagi maha penyantun"

waterpoured said...

alhamdulillah... surah yang sy cari neh... dari kemaren gak ketemu2... dah lupa heheh... jazakillah... :)