Thursday, September 21, 2006

[Info]: Mohon Maaf Menjelang Ramadhan, Bid'ahkah?




Sumber: Eramuslim.Com

Assalamualaikum wr. wb.

Yth. Pak Ustadz,

Beberapa hari lagi bulan puasa akan tiba, dan banyak di antara teman-teman saya yang muslim yang saling berkirim SMS mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa dan mohon maaf lahir batin sebelum puasa tiba. Sebenarnya apakah ada tuntunannya oleh Rasulullah SAW akan hal tersebut? Dan apakah ada tuntunannya juga untuk mengucapkan mohon maaf lahir batin pada hari raya Idul Fitri seperti yang biasa kita lakukan? Apakah ini hanya sekedar tradisi saja? Mohon penjelasan pak Ustadz tentang hal tersebut.

Terima kasih banyak sebelumnya atas penjelasan Pak Ustadz.

Wassalamualaikum wr. wb.

Susi Wulandari
susiwlndr at eramuslim.com
Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kalau yang diminta adalah dalil yang sharih dan eksplisit tentang perintah atau anjuran untuk saling bermaafan menjelang bulan Ramadhan, sudah pasti tidak ada.

Oleh karena itulah ada sebagian kalangan dari umat ini yang langsung mencap fenomena itu sebagai bid'ah. Sebab dalam pandangan mereka, pengertian bid'ah adalah sebatas tidak adanya dalil eksplisit atas suatu masalah yang berkembang di tengah masyarakat.

Pendapat seperti ini tidak bisa disalahkan, lantaran memang ada versi pengertian tentang bid'ah yang sesempit itu. Walau pun sebenarnya versi pengertian bid'ah itu sangat banyak.

Anjuran Saling Meminta Maaf dan Memaafkan Secara Umum

Sebenarnya meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain adalah pekerjaan yang sangat dianjurkan dalam agama. Semua ulama sepakat akan hal ini, termasuk yang membid'ahkannya bila dilakukan menjelang Ramadhan atau di hari Raya Fithr.

Allah SWT berfirman:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلينَ

Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS Al-A'raf: 199)

فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ

Maka maafkanlah dengan cara yang baik. (QS Al-Hijr: 85)

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ألاَ تُحِبُّونَ أنْ يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ

Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya, "Rasailah azab yang membakar ini." (QS An-Nuur: 22)

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنينَ

Orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran: 134)

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأُمُورِ

Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS Asy-Syura: 43)

Even untuk Saling Memaafkan

Secara umum saling bermaafan itu dilakukan kapan saja, tidak harus menunggu even Ramadhan atau Idul Fithri. Karena memang tidak ada hadits atau atsar yang menunjukkan ke arah sana.

Namun kalau kita mau telusuri lebih jauh, mengapa sampai muncul trend demikian, salah satu analisanya adalah bahwa bulan Ramadhan itu adalah bulan pencucian dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang hal itu.

عن أَبي هريرة أنَّ رسول الله ، قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيماناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ متفقٌ عَلَيْهِ

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Siapa yang menegakkan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka Allah telah mengampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau Allah SWT sudah menjanjikan pengampunan dosa, maka tinggal memikirkan bagaimana meminta maaf kepada sesama manusia. Sebab dosa yang bersifat langsung kepada Allah SWT pasti diampuni sesuai janji Allah SWT, tapi bagaimana dengan dosa kepada sesama manusia?

Jangankan orang yang menjalankan Ramadhan, bahkan mereka yang mati syahid sekalipun, kalau masih ada sangkutan dosa kepada orang lain, tetap belum bisa masuk surga. Oleh karena itu, biar bisa dipastikan semua dosa terampuni, maka selain minta ampun kepada Allah di bulan Ramadhan, juga meminta maaf kepada sesama manusia, agar bisa lebih lengkap. Demikian latar belakangnya.

Maka meski tidak ada dalil khusus yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW melakukan saling bermafaan menjelang Ramadha, tetapi tidak ada salahnya bila setiap orang melakukannya. Memang seharusnya bukan hanya pada momentum Ramadhan saja, sebab meminta maaf itu dilakukan kapan saja dan kepada siapa saja.

Idealnya yang dilakukan bukan sekedar berbasa-basi minta maaf atau memaafkan, tetapi juga menyelesaikan semua urusan. Seperti hutang-hutang dan lainnya. Agar ketika memasuki Ramadhan, kita sudah bersih dari segala sangkutan kepada sesama manusia.

Beramaafan boleh dilakukan kapan saja, menjelang Ramadhan, sesudahnya atau pun di luar bulan itu. Dan rasanya tidak perlu kita sampai mengeluarkan vonis bid'ah bila ada fenomena demikian, hanya lantaran tidak ada dalil yang bersifat eksplisit.

Sebab kalau semua harus demikian, maka hidup kita ini akan selalu dibatasi dengan beragam bid'ah. Bukankah ceramah tarawih, ceramah shubuh, ceramah dzhuhur, ceramah menjelang berbuka puasa, bahkan kepanitiaan i'tikaf Ramadhan, pesantren kilat Ramadhan, undangan berbuka puasa bersama, semuanya pun tidak ada dalilnya yang bersifat eksplisit?

Lalu apakah kita akan mengatakan bahwa semua orang yang melakukan kegiatan itu sebagai ahli bid'ah dan calon penghuni neraka? Kenapa jadi mudah sekali membuat vonis masuk neraka?

Apakah semua kegiatan itu dianggap sebagai sebuah penyimpangan esensial dari ajaran Islam? Hanya lantaran dianggap tidak sesuai dengan apa terjadi di masa nabi?

Kita umat Islam tetap bisa membedakan mana ibadah mahdhah yang esensial, dan mana yang merupakan kegiatan yang bersifat teknis non formal. Semua yang disebutkan di atas itu hanya semata kegiatan untuk memanfaatkan momentum Ramadhan agar lebih berarti. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan niat untuk merusak dan menambahi masalah agama.

Namun kita tetap menghormati kecenderungan saudara-saudara kita yang gigih mempertahankan umat dari ancaman dan bahaya bid'ah. Isnya Allah niat baik mereka baik dan luhur.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

3 comments:

Anonymous said...

Postingnya bagus sekali. Makasih ya..

rio said...

Assalamu'alaikum warahmattullah wabarakatuh



Afwan ya ikhwah ana mau sharing sedikit sama antum sekalian mengenai

Tradisi Saling meminta-maaf sebelum bulan Suci Ramadhan



Ada kaidah Mahsyur dalam mengikuti Sunah yaitu: suatu amalan tidak boleh dikhususkan dalam masalah tempat, hari, dan caranya tanpa adanya dalil yang Shahih

Dalam masalah ini perlu diperinci, Saling meminta maaf disyariatkan dalam islam namun mengkhususkannya menjelang bulan suci ramadhan tanpa adanya dalil dari Al quran Dan Assunnah maka hukumnya akan berpindah menjadi Bid’ah



Secara umum saling bermaafan itu dilakukan kapan saja, tidak harus menunggu even Ramadhan atau Idul Fithri. Karena memang tidak ada hadits atau atsar yang menunjukkan ke arah sana.



Kaidah selanjutnya: lau kaana khairan tsabaquna ilaih (CMIIW): jika Suatu amalan itu baik niscaya para Sahabat Ridwanallahu Ajmain sudah Mendahului kita dalam Mengamalkannya.


Doa Malaikat jibril Menjelang Ramadhan:
"Ya Allah tolong abaikan puasa umat Muhammad, apabila sebelum memasuki
bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
* Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika
masih ada);
* Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;
* Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya."

Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapat kita
bayangkan, yang berdoa adalah Malaikat dan yang meng-amiinkan adalah
Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jumaat.



Ya, memang ini dijadikan landasan bagi mereka yang mengadakan acara maaf-maafan sebelum puasa Ramadhan.



Hadits tersebut dha'if dan munkar karena menyelisihi hadits yang shahih sebagai
berikut:
"Artinya: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian
berkata, "Amin, amin, amin".
Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?"
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan
ia berkata: 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun
dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin',
kemudian Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi
keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah
amin!', maka aku berkata: 'Amin'. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata lagi. 'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah
seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga
dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin".
[Hadits Riwayat al-Bazzar dalam Majma'uz Zawaid 10/1675-166, al-Hakim 4/153
dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah,
diriwayatkan juga oleh Imam al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih
Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]



Maka tradisi bermaafan sebelum Ramadhan tidak ada tuntunannya dari Rasulullah dan para Sahabatnya.



Wallahu a'lam bishshawab, Jazakumullah. wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,



Abu Ramadhan Al Atsari

xnasrani2salafi

Anonymous said...

Trim's postingannya.

Alhmdllah dpt memperluas pemahaman.