Sunday, April 22, 2007

Kala Panggilan Itu Terdengar...


Ahmad Suroyo adalah seorang mahasiswa Psikologi Islam UMJ. Ia sedang mengadakan penilitan ilmiah, yang berhubungan tentang pribadi muslim dalam menghadapi kematian. Dia mengambil sampel sebuah perumahan rel estat di kawasan selatan jakarta, dengan mengadakan interview singkat dan sederhana: ''Bagaimanakah jika anda dipanggil oleh Yang Maha Kuasa?''.

Hasil interview dari puluhan sampel tidak memuaskannya. Keputusa asaan, ketakutan dan kehilangan masih menjadi jawaban yang umum dalam isi buku penelitiannya.

Tinggal 2 sampel lagi yang harus ditemui, namun Ahmad nampaknya ada rasa sedikit menyerah.

''Yah! Namanya tinggal di kota yang serba materialis dan hedonis...'' keluhnya.

***

Sampai dia di rumah pengusaha batik. Rumahnya tak terlalu megah. Di depan halaman ia dapati seorang bapak berpeci putih menyambutnya.

Setelah obrolan diplomasi tertutur, akhirnya masuklah pertanyaan utama penelitian Ahmad.

''Jika bapak akan dipanggil oleh Allah, harapan bapak apa?''

''Hmm... Pertanyaan iseng tapi berat.. heheheh... Ehem!!!... Kalo bapak seh kalo meninggal kepengen meninggal dengan baik-baik... Trus dikenal oleh orang banyak sebagai seseorang yang baik... Terutama keluarga dan kerabat terdekat jika ditanya siapa saya... Kepengennya seh mereka jawab, bahwa saya suami yang baik, ayah yang baik, sahabat yang baik, kolega yang baik, tetangga yang baik... Pada saat akan dikubur kepengen banyak yang nganterin saya... Maka sebelum saya meninggal, saya harus banyak-banyak berbuat baik kepada semua orang...''

Ahmad sangat mengagumi jawaban bapak tadi.

''Kalau bapak akan meninggal, perasaan bapak gimana?''

''Yahhh... Saya seh gak takut mati... Khan seorang muslim gak boleh takut mati...''

***

Selepas meninggalkan rumah bapak itu, Ahmad makin bersemangat menuju ke rumah sampel berikutnya. Ternyata semakin jarang orang-orang yang memiliki niat baik semacam itu.

''Ini kemudahan Allah. Alhamdulillah...!!!'' kata Ahmad dalam hati.

***

Akhirnya sampai dia di rumah sampel terakhir. Ia dapati seorang bapak sedang sibuk membersihkan selokan depan rumahnya.

''Assalaamu'alaykum...''

''Wa'alaykumsalaam Nak!''

''Maaf neh Pak, saya mahasiswa UMJ yang mendapat ijin dari pak RT di sini untuk mengadakan penelitian ilmiah...''

''Oh iyah... Saya udah terima suratnya dari pak RT... Silahkan masuk!''

''Saya mengganggu yah Pak?''

''Oh enggak kok... Dikit lagi juga selesai kok Nak... Kasihan tetangga-tetangga saya kalo selokannya mampet gara-gara selokan saya...''

Di ruang tamu Ahmad dilayani istri dan anak laki-laki bapak itu dengan teh dan singkong goreng, sambil menunggu sang bapak bersih-bersih.

Bapak itupun keluar ke ruang tamu.

''Kasihan... Udah kesorean yah nak... Ntar maghrib di sini ajah... Di depan ada Musholla... Kita bisa jamaah di sana...''

''Kalo gitu saya langsung ke interview ajah yah Pak?''

''Boleh...''

''Jika bapak akan dipanggil Allah, apa harapan bapak?''

Bapak itu terdiam, lalu menunduk seketika. Matanya nampak berkaca-kaca.

''Kalo saya seh, pengen Allah ridho sama saya... Begitu pula keluarga dan kerabat saya juga ridho... Apakah saya meninggal dengan baik-baik atau terkena musibah yang tragis sekalipun... Asalkan Allah ridho, itu cukup buat saya... Namanya musibah gak pandang bulu yah Nak? Mo orang baik maupun orang jahat...''

''Iyah...'' jawab Ahmad sedikit kaget atas jawaban yang ia tidak perkirakan itu.

''Hmm... Kalau bapak akan meninggal, perasaan bapak gimana?''

''Yang pasti sedih dan khawatir...'' jawab bapak itu sambil meneteskan air mata.

Sekali lagi Ahmad pun tak mengira jawaban itu.

''Kenapa sedih pak? Khan seorang Muslim harus kuat dan tidak takut akan kematian...''

''Bukan sedih karena takut Nak... Bapak khawatir sama keluarga dan orang banyak... Karena bapak gak ada waktu lagi untuk berbuat kebaikan lebih banyak lagi kepada meraka...''

''Oh...''

''Sebelum menghembuskan nafas terakhir, bapak hanya bisa berdoa supaya mereka dijaga keistiqomahannya... Karena kehidupan di masa datang itu akan makin berat dan banyak cobaannya...''

Ahmad pun terdiam lalu menerawang jauh menuju ke sebuah kisah seorang yang besar dan dijunjung oleh orang banyak yang mengaguminya. Kala sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ia sangat mengkhawatirkan nasib umatnya.

''Ummati... ummati... ummati....''

No comments: