Saturday, January 21, 2006

Aku yang Ingin Berhenti Merokok


Telah diedit oleh: Teh Vitasarasi

Kegagalan UMPTN waktu itu tak urung membuatku jadi uring-uringan. Bayangkan, tak satupun dari PTN bidikanku yang tembus kena sasaran. Ya Alllah, mengapa ini harus terjadi padaku dan apa yang kini harus kulakukan? Dengan perasaan campur aduk tak karuan, pulanglah aku menuju ke rumah. Tapi seperti yang kuduga, orang tua dan saudara-saudaraku seolah diliputi kekecewaan. Tak ada yang menyapaku dengan ramah seperti biasanya dan tiba-tiba aku merasa begitu dikucilkan. Buru-buru aku masuk kamar, meratapi nasibku yang kini terasa hambar.

Keesokan harinya kebosanan dalam kegelapan kamar membuatku ingin keluar mencari terangnya mentari. Sepanjang jalan pandanganku tertunduk, tak berani menatap siapapun yang kujumpai. Juga ketika seorang tetangga menyapaku, tak kuasa aku menjawabnya. Langkahku terasa lunglai ketika sampai di persimpangan jalan. Sejenak kuberhenti ketika di pojok warung terlihat sosok yang kukenal. Temanku melambaikan tangannya kearahku. Aku memberanikan diri bercerita padanya tentang apa yang sedang menggalaukan batinku. Ia lalu berusaha menenangkan dengan menghadirkan hal-hal lucu. Tapi bukan itu yang menarik perhatianku. Aku justru terpaku, tepatnya terpukau pada asap putih yang menari-nari, mengepul-ngepul keluar dari ujung rokok yang tengah dihisapnya. Ah, setiap tarikan dan hembusannya seakan begitu nikmat rasanya. Begitu melegakan, serasa jadi tak punya masalah saat menghisapnya. “Boleh minta satu rokoknya?”, tanpa sadar aku tergoda juga untuk mencobanya.

Astaghfirullah!! Aku yang selama ini anti rokok, bahkan pernah membuat karya tulis tentang “Bahaya Merokok”, sekarang ingin mencoba merokok? Temanku sejenak ragu-ragu, walau akhirnya diberikannya juga sebatang dengan terus wanti-wanti tentang bahaya merokok. ”Hati-hati lho, biasanya kalau baru mulai bisa batuk-batuk”. Dengan hati-hati kunyalakan rokok itu, dan kuhisap dalam-dalam. Kutunggu sejenak, sedetik, dua detik dan ternyata sampai rokok itu habis tidak terjadi batuk-batuk pada diriku. Bahkan pikiranku seolah menjadi tenang dan aku jadi tak teringat lagi pada musibah yang baru saja menimpaku. Akhirnya tanpa pikir panjang aku membeli sebungkus.

***

Tak lama berselang, aku diterima di sebuah PTS di Jakarta dimana merokok sudah menjadi bagian dari pergaulan mahasiswa. Apalagi jurusan arsitektur, yang terkadang harus begadang agar tugas dapat selesai tepat waktu. Saat itu keluargaku tidak ada yang tahu kalau aku telah jadi seorang perokok. Ketika akhirnya tahu pun, dan tak berdaya melarangku, mereka hanya bisa terdiam.

Setelah lulus kuliah, aku berniat untuk berhenti merokok. Apalagi ada fatwa haramnya merokok yang kubaca dari sebuah buku agama. Tapi prakteknya ternyata tak mudah. Ketika mencoba seminggu tak merokok, aku malah jatuh sakit. Bak pecandu, badan ini seperti meraung-raung minta dipasok nikotin. Aku jadi mengerti sekarang betapa sulitnya pecandu narkoba untuk berhenti. Pasti lebih parah lagi, pikirku.

Tiga bulan kemudian, aku melanjutkan kuliah ke Jerman. Di sini usahaku untuk berhenti merokok awalnya tampak sia-sia. Banyak faktor penyebabnya, mulai dari masalah iklim yang tak bersahabat, program yang tak sesuai harapan, sikap diskriminatif dan rasis orang-orang Jerman terhadap orang Islam, hingga orang-orang yang berprasangka buruk padaku hanya karena aku berasal dari PTS yang terkenal menganut tiga paham: alkohol, drugs, dan seks bebas. Padahal setahuku tak pernah sekalipun aku menyentuh ketiganya. Cukup Allah yang menjadi saksi. Tiba-tiba nafasku terasa berat, terbersit trauma asthma yang pernah kuderita sewaktu kecil. Aku hanya bisa menangis di malam hari. Menyesali kebodohan dan ketidakmampuanku untuk berhenti merokok. Setiap janji yang kukumandangkan pada malam hari, setiap itu pula janji itu kulanggar keesokan harinya.


***

Alhamdulillah, di Jerman ini banyak majelis taklim yang bisa kuhadiri, yang berpengaruh besar dalam meningkatkan keimananku. Puncak-puncaknya di sebuah pengajian Dauroh, ketika itu kembali keinginan merokok menyerangku. Aku berusaha untuk keluar ruangan supaya tak ada yang terganggu. Namun tanpa sadar ada seorang akhwat -yang ternyata Murobbiyah- memergokiku dan serta merta menghardikku, “Hah merokok? Rokok itu haram!” Aku tersentak dan mendadak berlinangan air mata, entah karena sakit hati atau malu dicaci-maki begitu. Melihat mataku yang basah, akhwat itu seketika merubah sikapnya, “Ma`af kalau kata-kata ana tadi menyinggung perasaan antum. Tapi ana benar-benar berharap ada kemauan antum untuk berhenti merokok. Antum kan seorang musyid. Sayang kalau suara indah yang dikaruniakan Allah jadi sirna karena terlalu banyak merokok. Apalagi ana dengar ada rencana antum untuk walimahan. Bagaimana bisa membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, penuh rahmah dan amanah kalau antum adalah seorang perokok?”. Dengan bijaknya, akhwat itu lalu memberikan nasihat dan tips berhenti merokok yang pernah dibacanya. “Coba pakai patches atau gum nikotin, Insya Allah kebiasaan menghisap rokok lama-kelamaan akan hilang. Terakhir jangan lupa berdoa.”


Sejak kejadian itu semakin kuat keinginanku untuk total berhenti merokok. Tak lupa dalam setiap kesempatan, aku selalu memohon ampun dan kekuatan pada-Nya. “Laa hawla walaa quwwata illaa billaah”. Sesungguhnya tiada daya (untuk menghindar dari kemaksiatan) dan tiada kekuatan (untuk melakukan ibadah) kecuali dengan pertolongan Allah SWT.


hanya sekedar catatan :

- sedang bersedih nasib para mantan pemakai narkoba yang masih mendapat perlakuan tidak adil dan juga belum diterima di tengah-tengah masyarakat -

* Alangkah baik dan menjadi sebuah anjuran, kita menilai seseorang dengan 'zhon' (prasangka) yang baik. Jika dengan melihat kekurangan seseorang, maka kita dengan begitu memvonis jelek (ghibah) dan meninggalkannya (memutus tali silaturahim).... bukankah itu lebh buruk ?

8 comments:

Anonymous said...

Setitik noda hitam di kertas lebih terlihat daripada putihnya kertas itu sendiri...

Hey! Nobody's perfect!

Ayo kita sama2 dukung depoy berenti merokok!! hehehe..

Anonymous said...

ALLOHU AKBAR!!
Bener ya bang ya, pokoknya kagak ada lagi asap2 berterbangan :-)
1 kali ketahuan = 3 €, 2 kali = 6 €, 3 kali = 12 €, 4 kali = 24€, 5 kali = 48 €. Wahh kalo gini bisa penuh nih kas IKID hehehe.
Pokoknya mulai sekarang, pas pemanasan buat latihan, nggak ada lagi alesan nggak sampe, cuman gara2 " kan gue ngerokok!". Sekarang kita main fair-fair-an!
*dicatet!* und zwar *kabur*

Turut mendukung Kampanye adiknya Bang Depoy :-)
Siapa lagi berikutnya??*senyum*

dEviLish aNgeL said...

Setujuuuuu!!! Mendukung sepenuhnya gerakan Mas Depoy berhenti merokok!! *ikut angguk2 kepala*

Btw, g jadi nulis cerita pas ketemu adek? Sepertinya Lucu..;D peace!! *kabur sebelum ditimpukin*

Indra Fathiana said...

versi ketawa2 :

dukungan berikutnya dari akuuuu!!! hidup bumi bersih! hidup udara segar! hidup oksigen murni!
hidup semangat berhenti merokok!
hidup da ammar!
hayo da...banyak yg berhasil kok. jangan menyerah sama setan kecil itu ya! awas kalo nyerah...
(iya tuh. diiqob aja kalo mulai ngerokok lagi ^_^)

*ikutan kabur sebelum diomelin...*

Indra Fathiana said...

versi serius :

kita tidak pernah tau sebesar apa amalan kita di hadapan-Nya. maka jangan kau perberat timbangan sebelah kiri dengan kezholiman terhadap dirimu sendiri dan juga orang lain dan lingkungan sekitar.
bicara memang mudah. mungkin tak semudah usahamu untuk mencerainya. tapi percayalah, kita hanya ditugaskan berusaha sebelum segalanya terlambat...sebelum mentari terbit di barat...dan sebelum izroil datang merapat...
teruslah berusaha, meski esok datang kiamat.
teruslah berupaya, dan biarkan Allah, Rosul dan orang2 beriman melihat apa yang kau kerjakan...

*emoticon smile sambil ngedipin mata sebelah*

Piiisss ya, Da! +_+

Anonymous said...

Aamiin...
=yg takut salah tulis lg= *smile*

Anonymous said...

Yah.. moga2 Depoy jadi pelopor "romansa" (rokok matikan saja). hehhehee...
Eh, ada cerita kecil. Dulu pernah anakku Fadhilla di-rontgen ketahuan ada "flek"-nya alias bibit tbc. Kami kaget, karena sekeluarga tidak ada yang merokok. Selidik punya selidik, ternyata si pembantu rumah kami kena flek juga. Sumbernya dari suaminya yang perokok.. Nah lho....

--GDDBM (Gerakan Dukung Depoy Berhenti Merokok)---

Anonymous said...

RAHASIA BAGI YANG PEDULI AKAN KESEHATAN DIRI DAN KELUARGA:
TIPS AGAR PACAR/SUAMI BERHENTI MEROKOK!

Mungkin Anda adalah orang yang peduli pada kesehatan, namun sayang, pacar/suami Anda “terikat” dengan kebiasaan merokok yang bukan hanya tidak sehat, tetapi juga SANGAT MENGANCAM kesehatan diri dan keluarga Anda.

Namun jangan khawatir, .. saat ini kami hadir untuk memberi solusi bagi Anda, agar dengan cara diam-diam, Anda bisa membuat suami/pacar Anda berhenti dari kebiasaan yang mematikan tersebut!

Telah hadir dan teruji, sebuah “kartu ajaib” QUIT SMOKING CARD yang dapat mentralisir 4000 racun dalam setiap batang rokok, termasuk zat2 racun yang mengakibatkan seseorang menjadi kecanduan.
Caranya : Tempelkan kartu tersebut di luar bungkus rokok, dan biarkan 10 menit, dan ambil/simpan kembali kartu tsb. AJAIB --- tiap batang rokok itu akan ternetralisir, dan jika suami/pacar Anda mengisap rokok tersebut, akan terasa ringan (karena sudah tidak ada nikotin/racun2nya, juga zat addictivenya).
Jalani saja 2-3 bulan seperti itu, .. pengalaman membuktikan bahwa dalam 3-6 bulan, suami/pacar Anda akan terbebas dari kecanduan rokok!

Satu kartu Quit Smoking Card, bisa dipakai untuk menetralisir 100.000 batang rokok (atau 3 tahun pemakaian). Sangat menolong mereduksi kwalitas racun bagi perokok-perokok pasif (seperti Anda dan anak-anak Anda).

Anda MAU SEHAT BUKAN?? Anda pun MAU orang-orang yang Anda sayangi SEHAT BUKAN?? Jangan biarkan pacar/suami khususnya menghancurkan masa depan Anda dan keluarga hanya karena rokok!!
Ceraikan segera ROKOK itu dari Pacar/Suami Anda!

Quit Smoking Card, harganya hanya Rp. 110.000 (seratus sepuluh ribu rupiah saja) --- GRATIS ONGKOS KIRIM utk Jabodetabek!
Untuk informasi hubungi: abiyah.quitsmokingcard@gmail.com
Untuk Pemesanan Online, dilakukan di:
http://www.global-pustaka.com/tb/index.php?categoryID=37

Lakukan CEPAT .. sebelum TERLAMBAT!