Tuesday, February 28, 2006

Bukan Karena Aa Gym



Rendra adalah salah satu dari beberapa mahasiswa yang tinggal di sebuah ''Kos-kosan''. Bersama Rahmat seorang Mahasiswa Fakultas Matematika, ia berbagi kamar yang berukuran 20 m2. Tak jauh dari sana ada sebuah Masjid yang biasa Rendra besuki untuk bersholat berjamaah.

Setiap Rendra pulang dari sholat subuh, ia dapati Rahmat sedang mendengarkan Radio dengan serius. Radio itu setiap paginya menyiarkan ceramah MQ Pagi bersama Aa Gym. Rahmat tak pernah absen untuk mendengarkannya. Rendra pun merasa kalah dari Rahmat dalam berlomba mendengarkan acara tersebut.

Yang membuat Rendra terusik adalah, ia tidak pernah mendapati teman sekamarnya ini melaksanakan sholat 5 waktu. Tadinya ia sangat senang ketika Rahmat sangat keranjingan mendengarkan acara MQ tersebut dan tak pernah melewatkannya, apalagi kesiangan. Namun sekarang ia pun dilanda kekhawatiran akan keadaan sobatnya ini.

Di suatu hari Rendra menyempatkan diri untuk bersholat subuh di rumah seperti tidak biasanya. Hanya ingin mengamati gerak-gerik Rahmat di Dini hari.

Seperti yang diduga, Rahmat terbangun dan tidak buru-buru mengambil air wudhu untuk bersholat subuh. Ia hanya duduk di dekat Radio kesayangannya. Ajakan sholat subuh bersama dari Rendra pun tidak dipedulikannya.

Setelah selesai sholat subuh, Rendra pun menghampiri Rahmat dan seraya berkata: ''Gak sholat subuh Mat ? Mumpung waktunya belon abis loh... ''

''Hmm... Enggak. Gw mo dengerin MQ Pagi aja.''

Rendra pun mengambil tempat, lalu duduk di dekat Rahmat sambil merangkai kata penuh kehati-hatian sebelum ia ungkapkan kepada Rahmat.

''Mat... Maaf yah kalo gw lancang... Tapi apa baiknya dengerin Aa Gym kalo lo gak sholat ? Kalo Aa Gym dateng ke sini... trus lihat lo begini... Apa dia gak sedih dan marah nantinya ? Gak hanya Aa Gym loh... Allah aja bisa lebih murka...'' ungkap Rendra kepada Rahmat.

Rahmat seketika memandang wajah Rendra. Tiba-tiba satu titik demi titik air mata pun menetes.

''Iya gw tahu kok... Gw mau kok sholat... Cuman entah kenapa... apa gw banyak dosa ato banyak melakukan maksiat... hati gw rasanya beku... Pintu hati gw serasa terkunci oleh beribu gembok. Tiap gw sholat... kok gw gak ngerasa apa-apa yah ? Gw gak mau sholat tanpa rasa Ndra ! Gw malu sama Allah! Gw gak mau kayak orang kebanyakan, yang hanya sholat tapi kosong, setelah sholat minus... ''

''Lalu ?''

''Entah berapa orang termasuk orang tua gw... dan berapa ustad yang selalu nasehatin gw. Tapi entah kenapa... susah banget diri gw ini. Hati ini seperti keras kepala... Gw dengerin dengan rajinnya acara inipun belum ampuh membalikkan hati gw... Entah sama siapa lagi gw mo minta tolong untuk bisa benar-benar mendengarkan nasehat darinya ??? '' rintih Rahmat.

''Mat... gw pikir... pintunya seh sudah tidak terkunci lagi... '' kata Rendra.

''Maksud Lo ?''

''Iyah... Pintu itu sebenarnya Allah sudah tidak menguncinya... buktinya elo sadar bisa ngomong seperti ini. Pintu hati lo itu sebenarnya sedang menunggu elo.. supaya elo sendiri yang buka. Bukan Ortu lo, Ustad-ustad itu... dan bukan karena Aa Gym yang bisa membuat pintu itu terbuka. Tapi elo yang harus memulainya sendiri... sehingga pintu itu terbuka... walau perlahan-lahan... ''

''Gw?''

''Awalnya memang terasa kosong... namun lama kelamaan dengan usaha elo untuk mendekatkan diri kepada Allah... Insya Allah nikmat dari sholat akan lo rasain satu demi satu bertambah-tambah... Toh salah satu manfaat sholat itu adalah akan menghindarkan diri kita dari perbuatan keji dan mungkar... asal kita mo berusaha dan bersabar...''

''Sudahi mencari-cari, Mat... Karena jawabannya sudah ada di hadapan elo sendiri... Dan temukan sekarang dengan mempraktekannya... Walau itu dengan langkah-langkah kecil... tapi dengan langkah pasti... Moga lo mendapatkan nikmat itu... Bukankah Aa gym pernah bilang; Mulai dari diri sendiri, mulai sekarang, dan mulai dari yang kecil.'' lanjut Rendra sambil tersenyum.

Rahmat terdiam sambil mengusap matanya yang basah. Lalu tersimpul senyum di wajahnya. Telihat ia lebih legah dari penungguan yang berlarut itu. Penungguan yang menyebabkan kesusahan dalam hatinya.

''Bantu gw yah Ndra... Bantu gw buka pintu hati gw sedikit demi sedikit ?'' kata Rahmat.

''Iyah... Tapi yang bisa membukanya itu hanya elo, Mat... Tugas gw hanya mengingatkan... ''

-Moga Tiap Ibadah dan Amalan Baik Kita Dipermudah, Insya Allah-

''Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?'' (QS. 45:23)

No comments: