Sunday, February 26, 2006

Setelah dari Jerman, di Indonesia Mo Ngapain Yah ?


Hmmm... nampaknya kegiatan nulis saya sekarang-sekarang ini lagi tersendat-sendat neh.... Nggak serajin sebelumnya, walau ide sedang menumpuk di Note Book. Sekarang malah hanya sekedar bisa nulis tentang ''curhat'' aja.... Gampang ngalirnya...

Maklum lagi banyak tugas menumpuk yang harus diselesaikan. Insya Allah kalo semua tugas selesai dan semua nilai tugas keluar dengan hasil yang cukup bagus, saya ada rencana untuk nulis ''Diplomarbeit'' (Thesis) semester depan ini. Doain yah ! :)

Akhir-akhir ini jadi kepikiran. Setelah selesai kuliah di Jerman ini insya Allah, lalu abis itu mo ngapain dong ? Bingung juga yah ? Apa harus pulang ke Indonesia dan berkarya ato tetep di sini lanjut S3 ato bekerja ? Apalagi bidang saya yaitu di Arsitektur memusingkan diri saya sendiri. Jadi ada perasaan gamang selalu menghantui.

Memang seh... dunia arsitektur lagi marak-maraknya di tanah air. Ini kabar baik setelah ''krismon'' yang lalu, dimana para arsitek banyak yang dipecat dari perusahaan dan banyak kantor konsultan arsitektur yang musti gulung tikar.

Namun kini kesempatan kerja bakal banyak persaingan neh. Apalagi saya yang belum punya pengalaman harus bersaing dengan mereka yang sudah makan garam lebih banyak. Titel saya sebagai tamatan S2 belum tentu bisa mengalahkan kompetensi rekan-rekan arsitek lainnya, yang mereka kebanyakan tamatan S1 namun sukses karirnya.

Trus ditambah lagi identiknya dunia ''pembangunan'' sebagai lahan yang paling ''kotor'' di Indonesia. Banyak manipulasi dan ketidak jujuran pasti selalu menghampiri dalam setiap pekerjaan. KKN pun sangat kental di dunia kami. Saya yang alergi dengan cara itu sepertinya harus ikutan ''jatuh'' juga jika ingin sukses.

Jika saya melanjutkan kuliah saya hingga S3 di Jerman ini, nampaknya untuk bidang saya mungkin sia-sia. Karena bidang saya tidak menuntut saya untuk mengambil jenjang ''Doktor''. Mungkin nantinya hanya akan berakhir menjadi ''dosen'', karena tidak berguna di dunia lapangan.

Tadinya saya berpikir untuk bekerja saja di Jerman. Namun sepertinya harus urung harapan itu, karena ''pembangunan'' di Jerman juga lagi sepi. Makanya banyak perusahaan di sini belum berani membuka lapangan kerja untuk arsitek. Mereka justru mempertahankan tenaga kerja yang sudah ada yang sudah dipercaya sejak lama. Sulitnya juga ditambah karena saya adalah warga asing. Saya harus bersaing dengan WN Jerman sendiri, yang jumlahnya lebih banyak.

Apa saya harus pulang ke Indonesia ? Apakah di Indo saya harus ''banting stir'' ? aduh jadi bingung deh.... :(

Kalo banting stir... saya sebenarnya juga sudah dan sedang bersiap-siap. Banyak skill dan pengalaman yang sudah saya coba, baik itu otodidak maupun tidak, seperti: Nyanyi, Radio Internet, Nulis, Gambar dan Lukis, dan sedikit tahu dunia komputer. Banyak juga kursus dan seminar yang saya besuki, seperti: Perbankan Syariah, Ekonomi, Bisnis, Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan. Lalu di Jerman ini saya juga berkesempatan mengenal dunia kerja semacam jadi Buruh di Pabrik Rem dan Pabrik Roti, dan yang terakhir jadi Security di Bandara Frankfurt.

Dari kesemua itu, saya mencoba membuat Plan A hingga Z. Jika tidak menjadi arsitek di perusahaan asing maka saya mebuka konsultan sendiri. Jika tidak, maka saya coba berwiraswasta. Lalu jika tidak, maka saya coba dunia seni (nasyid, nulis, ato lainnya). Jika tidak hingga seterusnya sampai Z, maka mentok-mentok jadi Dosen.

Memang seh, semua harus dilalui hingga tahu di mana sebenarnya kita bisa berkarya dengan baik. Namun kenapa tidak dipikirkan masak-masak dulu sekarang ini untuk menyusun strategi kehidupan.

Intinya seh, bagaimana pekerjaan itu membuat saya nyaman dan senang dalam bekerja. Itu saja sudah cukup bagi saya. Apalagi saya orangnya tidak mementingkan dunia karir, walau sebenarnya saya tahu bahwa dunia kerja saya nantinya pasti menuntut saya untuk berkarir. :)

Ada masukan dari rekan-rekan sekalian untuk saya ? (terima kasih atas masukannya) :D.

7 comments:

Anonymous said...

Saya mengalami seperti apa yg sampeyan alami. Dan ternyata akhirnya jadi pengembang web :). Itu plan kedua setelah pada semester2 akhir saya menyadari bahwa saya mungkin saya tidak cocok dg jurusan yg selama ini saya tekuni.

waterpoured said...

iya akhi... harus ada alternatif lain memang...
ane cuman dilema aja... di satu sisi ingi idealis di bidang arsitektur... di sisi lain dunia nyata tak bersahabat... :(

Anonymous said...

Waktu baca awal2nya,..kedengeran agak pesimis,...tp begitu baca akhir2nya,...sebenernya banyak yg bisa digali. Kemampuan untuk maju ada,...niat yg baik juga mungkin dah ada,..mungkin perlu orang yg bisa nyemangatin. Yg pasti,..kerjain apa2 yg kamu bener2 suka dan ahli di bidangnya. Ilmu yg dah ada dipergunain baik2,..jgn pesimis mo ambil alternatif lain. Nanti kalo dah mentok,..baru deh cari alternatief lain. Jgn patah semangat deh,..

Anonymous said...

Hmmmm.... sodaraku sepertinya planningnya udah bagus banget, Jangan bimbang akan masa depan..Allah SWT akan selalu bersama orang2 yang berusaha dan berdoa ingat itu..:) apalagi skil "lain" yang sodara punyai sangat bagus dan punya masa depan baik Insya Allah, anda orang baik banyak yang suka dengan keserhanaan dan potensi anda..maka saya bisa katakan kesodaraku... Siap2lah menghadapi sukses:)...Bersyukurlah karena Allah SWT sangat mencintai orang2 yang bersyukur.... Sodaramu..

waterpoured said...

jazakallah khairan katsira... moga sukses buat antum semua... aamiiin

Anonymous said...

Akhi, jadi arsitek itu satu hal yang gak bisa ditinggalkan menurut saya. Itu ladang amal yang amat besar, masih sedikit yang peduli menjadikan profesi arsitek ini sebagai ladang amal. Walaupun sambilan, tetaplah merancang. Bisa jadi dapat kerja di bidang lain yang upahnya gede buanget, gpp. Malah bisa ngerancangkan rumah2 tetangga, kenalan, urban poor, dsb dengan gratis :) Salam kenal dari sesama muhandis di Balikpapan.

zilla moslem said...

jangankan antum, yang lulusan jerman aja bingung. bagaimana dg saya? dl, waktu menjelang lulus, idealisme sy sangat tinggi. sekarang, mau tak mau saya harus berkompromi dg dunia nyata. sampai sekarang pun saya masih merasa diawang-awang. bingung!! ada ide?